PERJALAN hidup pedangdut Reza Zakarya atau yang akrab disapa Reza Dangdut Academy (DA) penuh lika liku sebelum akhirnya jadi terkenal seperti sekarang.
Salah satu yang tak mungkin dilupakannya adalah gagal jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lantaran mendapatkan majikan yang jahat.
Ya, Reza pernah memilih jadi TKI ke Riyadh, Arab Saudi, saat usai kuliah tahun 2012-2013. Niatnya, saat itu adalah ingin mengangkat derajat orang tua yang lelah jadi bahan bullyan lantaran kemiskinan.
Dijelaskan Reza keputusan jadi TKI lantaran sebagai sulung dari tiga bersaudara, dirinya dituntut bisa segalanya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kedua orang tuanya harus kerja banting tulang dan pergi sejak pagi.
“Sebenarnya itu rentetan cerita dari masa kecilnya Eza (sapaan akrabnya). Eza sebagai anak laki-laki tertentu, dimana ada dua adik Eza, setiap hari Eza menyaksikan mama sama abi kerja ke sana ke sini. Dan bahkan untuk makan pun kita sempat berhari-hari enggak ada buat dimakan itu Eza pernah alami. Eza kalau mau makan, sampai nunggui nasi berkat, kalau ada masjid ada kirim nasi berkat nasi berkat,” ujarnya di Channel Youtube Gilang Dirga, Minggu (20/9/2020).
Karena itulah sejak kecil, Reza lebih banyak mengurus kedua adiknya dibanding harus bermain. Apalagi, Reza mengisahkan keluarga terdekat tak mau tahu kehidupan mereka saat dulu.
“Lebaran enggak ada datang ke rumah, kalau kita datang ke rumah (mereka) dikira mau minta-minta. Allah kasih begini (ketenaran), tiba-tiba mereka mengagumi saya, ‘keponakan saya itu, sepupu saya’, dengan semudah itu. Eza mengalami benar-benar orang tua Eza disepelakankan. Waktu mikir kenapa Eza harus jadi penyanyi saat itu tapi enggak nemu-nemu jalannya,” jelasnya.
Saat serba kebingungan menjadi kerja itulah, Reza berpikir jadi TKI. “Dengan harapan pulang dari sana akan menghasilkan sesuatu yang berguna untuk keluarga malah sebaliknya,” lanjutnya.
Menjadi TKI ini, dikatakan Reza berawal saat meminta pekerjaan dan akhirnya ditawari salah satu kerabatnya. Saat itu, Reza dijanjikan akan bekerja sebagai kasir di Riyadh. Dari Indonesia, Reza melihat ada lima TKI lainnya dengan tujuan sama.
Alangkah kagetnya sampai di Riyadh, Eza mendapati dirinya dipisah dengan lima orang tadi. “Sampai bandara di Riyadh, berenam pisah. Eza dibawa pakai mobil (ke daerah lain), tiba-tiba di satu ruangan banyak orang. Jam 1 pagi Eza dibawa naik mobil sendiri sama majikannya disuruh temanin dia. Mata sudah enggak kuat, perjalanan lima jam ke kota yang Eza baru tahu itu kota perbatasan perang. di sana Eza sampai jam setengah tujuh istirahat sebentar enggak dikasih makan,” kenangnya.
Eza ketemu sama majikan dimasukan ke gudang usaha laundry. “Begitu Eza buka kamarnya di situ benar-benar gudang isinya bawang, minyak, pokoknya peralatan masak yang baunya enggak bisa Eza kontrol, tikus dimana-mana, sampai Eza bilang ‘kamar Eza harus itu?,” sebutnya.
Karena tak ada pilihan lain, dengan menangis, Eza membereskan gudang itu sekaligus dijadikan kamar. Di sana, Eza juga dibentak-bentak sama karyawan di sana. Dia diminta membantu usaha. “Jadi kalau bersihin baju putih ada cairan sendiri itu Eza suruh pegang itu, bagian baju, tangan Eza sampai melepuh-melepuh kena cairan pemutih. Eza cuma diam, lakuin terus sampai Eza enggak kuat, kok kerjanya kayak gini,” bebernya.
Di kamar gudang tadi, Eza tinggal bertiga. Dua lainnya orang India. Di gudang itu, mereka sejatinya masih bisa keluar kamar hanya saja tidak diperbolahkan keluar, meski pintu masih bisa dibuka. Di tempat usaha laundry itu, Eza ketemu pria asal Bangladesh yang memintanya lebih baik melarikan diri. “Dia kasih Eza tasbih, dia 15 tahun enggak pulang (ke negaranya) badannya kurus, dia bilang majikan ini jahat kamu akan dijual,” ungkapnya.
Dari itu Eza dikunci tak bisa kemana-mana. Satu minggu sempat dirinya di dalam dan digedor-gedor oleh perempuan-perempuan. Eza ketakutan karena di Riyadh kalau dituduh berzina hukumannya berat, Eza khawatir perempaun itu adalah jebakan. Akhirnya begitu setelah adzan Dzuhur, Eza beranikan diri kabur ke gedung sebelah dan sembunyi. Gedung itu sudah rusak seperti habis ditembaki, yang belakangamnn Reza paham wilayah tempatnya itu adalah perbatasan wilayah perang. “Eza berusaha telepon ke kedutaaan enggak ada yang nyahut, pulsa habis cuma nangis lagi,” lanjutnya.
Di tengah persembunyian, Eza akhirnya dapat ditemukan oleh majikan tadi. Eza tak punya pilihan, kembali ikut dan dimasukkan ke gudang kamar itu.