JAKARTA– Ketersediaan stok beras nasional dipastikan mencukupi hingga akhir tahun 2020. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Syahrul menjelaskan, ketersediaan beras pada Juli dan Agustus mencapai 7,83 juta ton. Jumlah tersebut setelah memperhitungkan stok beras dari musim tanam I dari bulan Januari ke Juni 2020 yakni 23 juta ton beras (carry over) dan konsumsi beras masyarakat sekitar 15 juta ton lebih.
“Alhamdulilah stok Juli Agustus itu ada 7,83 juta ton beras. Dengan stok yang ada, maka sampai akhir tahun kita memiliki stok beras yang cukup,” kata Syahrul ketika memberikan keterangan dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) Kementerian Lembaga 2020, Jumat (25/9) kemarin.
Mentan Syahrul menjelaskan pihaknya tengah mengejar produksi musim tanam II pada lahan eksisting seluas 7,5 juta hektare, dengan keadaan lahan yang sudah tertanam 87 persen, dan perkiraan menghasilkan kurang lebih 15 juta ton. Ia menambahkan bahwa proses produksi yang berjalan ini membutuhkan penyerapan produksi beras secara masif agar kestabilan harga panen tetap terjaga.
Menurut dia, Pemerintah bersama dengan Perum Bulog, serta BUMN pangan lainnya, siap melakukan intervensi terhadap musim panen yang biasanya menyebabkan harga gabah menurun. “Kami harus intervensi dan harus mempersiapkan daya serap kami, tidak cukup hanya dengan Bulog, tapi dengan sinergi kementerian lain, juga seperti BUMN ada Berdikari, Pertani dan lainnya,” kata Syahrul.
Untuk perkembangan komoditas pertanian yang lainnya seperti jagung, tanaman hortikultura, daging ayam dan telur, Mentan menjelaskan bahwa program telah sesuai harapan dan target perencanaan. Terkait dengan dukungan pembiayaan bagi petani, selain dana APBN, Mentan menyebutkan pertanian mendapatkan dukungan KUR pendampingan sebanyak Rp34,2 triliun.
Mentan menyampaikan harapannya terhadap dukungan penguatan KUR dari Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Menko Bidang Perekonomian.
“Saya harap Pak Menko, disiapkan KUR dengan insentif khusus untuk membeli alsintan, yakni dengan satu provinsi Rp1 triliun. Traktor besar, penggilingan, RMU, penggilingan beras. Kami punya 186 penggilingan, 80 persennya sudah ketinggalan zaman. Kalau ini berikan dengan skala kredit dan ini berputar, ini dalam paling lambat dalam setahun akan menghasilkan,” kata Mentan.
Mentan optimis dengan insentif yang diberikan pada input produksi menggunakan KUR, mekanisasi yang diterapkan dapat mengurangi angka “losses” pada produksi, dari yang biasanya di kisaran 9 -13 persen, dapat diminimalisasi sampai 3-4 persen. (dal/fin)