MASYARAKAT diminta tetap berpikir positif di tengah pandemi COVID-19. Tujuannya agar tidak stres yang akhirnya bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh.
“Yang perlu dipahami, pandemi COVID-19 ini terjadi di seluruh dunia. Tidak hanya di Indonesia saja. Kita harus yakin setiap penyakit akan ada obatnya. Setiap pandemi pasti akan ada akhirnya,” kata psikolog Muhammad Chalid dalam bincang dengan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (1/10).
Pimpinan Tim SAHABATKU itu mengatakan pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama enam bulan lebih, tentu membuat masyarakat bisa menyesuaikan diri. Terutama dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang mengharuskan perilaku hidup sehat serta menjalankan protokol kesehatan.
Dia menyebut penerapan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) dalam setiap aktivitas harus selalu dilakukan. Dikatakan, 3M sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Begitu pula dengan kegiatan bekerja, belajar, bermain, dan beribadah yang harus lebih banyak dilakukan di rumah. Menurut Chalid, sudah banyak orang yang mulai terbiasa. Namun, kegiatan yang dilakukan di rumah juga harus dibarengi dengan pola pikir positif.
Chalid mengatakan pengaruh pola pikir atau psikis terhadap kesehatan tubuh sangat besar. Bahkan secara medis, banyak penyakit yang penanganannya harus disertai secara psikis untuk memaksimalkan penyembuhan. Pola pikir atau psikis yang tidak sehat akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik secara keseluruhan.
“Seseorang yang kerja psikisnya berlebihan, bisa menjadi kurang tidur, kurang istirahat, atau pola makan menjadi tidak teratur. Biasnya karena memikirkan hal-hal tertentu. Jadi ada keterkaitan antara fisik dan psikis,” tuturnya.(rh/len/fin)