Relaksasi Kurikulum Perguruan Tinggi

Jumat 06-11-2020,08:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan Merdeka Belajar episode keenam yang fokus pada transformasi pendanaan perguruan tinggi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap, kebijakan baru itu dapat mendorong perguruan tinggi untuk merelaksasi kurikulum dari yang kaku menjadi fleksibel.

Menurutnya, perguruan tinggi membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru, terhadap cara-cara yang lebih responsif, dari mono menjadi multi, dari mono menjadi inter, bahkan transdisipliner.

“Tekad membangun Indonesia maju tidak boleh surut, meski kita sedang dilanda pandemi Covid-19. Justru krisis ini menyadarkan kita bahwa memiliki SDM tangguh sangat penting. Kita butuh orang-orang yang mampu berpikir dan bertindak dengan cara-cara luar biasa, yang punya kemampuan adaptasi cepat untuk bertahan menghadapi kesulitan, tidak tertinggal, dan menang dalam persaingan,” kata Jokowi dalam konferensi pers Peluncuran Merdeka Belajar Episode Keenam, seperti ditulis Rabu (4/11)

Menurut Jokowi, hal ini diperlukan agar Indonesia tetap mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul meski di tengah pandemi covid-19. Perlu kecepatan beradaptasi pada perubahan dan bisa bertahan menghadapi tantangan.

Saat ini, hampir seluruh dunia termasuk Indonesia dipaksa untuk mengadopsi teknologi agar lebih berkembang. Pandemi harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperbaiki ekosistem pendidikan nasional, salah satunya di perguruan tinggi.

“Dosen yang baik adalah dosen yang memfasilitasi mahasiswanya belajar kepada siapa saja dengan media apa saja. Perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang membangun ekosistem merdeka belajar dan memanfaatkan materi dan media belajar yang luas. Perguruan tinggi harus bertransformasi lebih dinamis dan menciptakan terobosan dan membangun iklim kompetisi untuk meningkatkan daya saing. Bersinergi dan berkolaborasi dengan BUMN dan industri, untuk mendorong prestasi lebih baik,” tuturnya.

Jokowi menilai, bahwa perguruan tinggi yang baik adalah yang membangun ekosistem Merdeka Belajar. Standar normalitas baru tersebut harus dirumuskan dalam berbagai kebijakan yang disusun oleh Kemendikbud.

“Bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kemandirian pangan, untuk kemandirian energi, dan pengembangan kewirausahaan UMKM di berbagai sektor,” ujarnya.

Terlebih lagi, kata Jokowi, perguruan tinggi juga harus bertransformasi menjadi lebih dinamis. Agar selalu ada terobosan baru hingga terciptanya iklim kompetitif untuk meningkatkan daya saing.

“Jalin sinergi, jalin kolaborasi dengan BUMN, dengan industri, matching fund, talent pool berbasis digital, ini penting. Dan model-model kerja sama lain untuk mengoptimalkan kemampuan mendorong prestasi yang lebih baik. Karena itu, jangan terjebak pada rutinitas perguruan tinggi,” terangnya.

Terdapat tiga program transformasi pendanaan yang diluncurkan oleh Kemendikbud melalui kebijakan ini. Salah satunya, Kemendikbud mengeluarkan parameter untuk perguruan tinggi yang diberi nama Indikator Kerja Utama (IKU).

IKU sendiri terdiri dari delapan kinerja utama yang berkaitan dengan langkah perubahan sistem pendidikan tinggi. IKU bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa dan dosen yang unggul, utamanya dalam riset.

“Ke depan pendanaan perguruan tinggi akan diberikan dalam bentuk biaya operasional yang mendorong tercapai IKU tersebut. Dengan sistem insentif yang sesuai dengan capaian tersebut,” kata Mendikbud, Nadiem Makariem.

Kedua, Kemendikbud juga mengakselerasi kontribusi industri untuk pengembangan pendidikan dan penelitian. Program ini diberi nama matching fund.

Tags :
Kategori :

Terkait