Khusus UMKM, ipong menjelaskan, saat ini Komite Pemulihan Ekonomi Jabar tengah melakukan percetapan digitalisasi ekonomi. Dalam pandangan KPED Jabar, pada masa pandemi, kebutuhan digitalisasi semakin meningkat. Saat ini sedang melakukan pendataan terhadap UMKM yang mendapatkan stimulus dari pemerintah untuk dipilah UMKM yang bisa dilakukan digitalisasi dan yang tidak.
“Baru 13 persen UMKM yang masuk digitalisasi. Masih banyak yang belum karena UMKM ini yang terbanyak di sektor mikro. Kami sedang mengembangkan keunggulan ekonomi berbasis wilayah supaya bisa melakukan perdagangan intra. Sedang dibuatkan model-model bisnis barunya,” jelas Ipong.
Sementara itu, Senior Government Relations Business Partner Bukalapak, Qaedi Aqsa mengungkapkan, di masa pandemi ini banyak UMKM yang pindah ke platform online. Ada 3 juta UMKM baru yang bergabung dengan Bukalapak. Bahkan kini perusahaan besar dengan merk-merk terkenal sudah masuk ke market place dengan membuka official store karena keunggulannya lebih terukur.
“Saat pandemi, lebih banyak orang yang menggunakan market place. Kami meresponsnya dengan memberikan pelatihan dan pendampingan supaya UMKM bisa berjualan online. Namun ternyata UMKM kita lebih banyak produsennya sehingga fokus pada produksi, bukan penjualan,” jelas Qaedi. (yud)