BEGITU tinggi optimisme itu. Tercermin semuanya dari perkembangan harga saham di pasar modal. Luar biasa. Di saat banyak indikator penting ekonomi masih buruk, harga saham naik dan naik terus. Dan naik lagi.
Indeks harga saham praktis sudah pulih seperti sebelum ada pandemi. Sudah kembali ke atas 6.000. Optimisme ternyata mengalahkan kenyataan. Dunia ekonomi \'\'langit\'\' mengalahkan dunia ekonomi \'\'bumi\'\'.
Para pemilik uang begitu yakin heboh-heboh apa pun akan bisa ditangani. Pun yang berbau SARA.
Banyaknya kasus korupsi juga tidak menjadi keprihatinan mereka. Apalagi soal isu pelanggaran hak-hak asasi manusia. Bahkan pun soal menurunnya kualitas demokrasi.
Uang —Anda sudah hafal prinsip ini— punya \'\'agama\'\' sendiri.
Bagi mereka perkembangan pembentukan SWF (Sovereign Wealth Fund) begitu memberi harapan.
Demikian juga dampak pembangunan besar-besaran industri pengolahan nikel di Sulawesi. Yang ternyata menjadi kenyataan —dan akan mendorong industri hilir yang lebih jauh.
Tentu, optimisme itu bertambah-tambah dengan penemuan vaksin Covid-19. Yang bukan lagi di tahap penemuan, melainkan sudah menjadi kenyataan. Sudah dua yang diizinkan: Pfizer dan Moderna. Satu bulan lagi yang buatan Tiongkok kelihatannya juga sudah akan diizinkan —kini tinggal menunggu laporan resmi hasil uji coba tahap tiga.
Hanya saja, yang tidak kita sangka, Pfizer dan Moderna, Amerika, ternyata berhasil menyalip Sinovac dan Sinopharm di tikungan terakhir. Uji coba tahap tiga made in China ternyata kalah cepat dengan yang buatan Amerika. Sampai-sampai Tiongkok sendiri harus membeli dulu Pfizer —sambil menunggu yang bikinan sendiri.
Dan di balik tiga optimisme itu —SWF, nikel, dan vaksin— adalah sikap DPR. Yang nyaris tanpa oposisi. Apa pun yang diinginkan pemerintah lolos di DPR —seperti benar-benar tutup mata.
Tidak ada oposisi yang kuat atas Omnibus Law —payung besar untuk pembentukan SWF. Juga tidak ada oposisi yang berarti atas UU Pandemi. Yang menjadi payung bagi segala langkah cepat pemerintah di bidang penyediaan uang. Termasuk untuk pengadaan vaksin.
Heboh-heboh tenaga kerja asing di Morowali juga tidak sampai bergema di Senayan. Semuanya mulus, lancar, dan licin.
Maka para pemilik uang seperti sudah bisa memastikan: akhir tahun depan keadaan akan normal kembali. Ibarat ikut lomba lari maraton garis finisnya sudah tampak. September tahun depan ekonomi mulai bergerak.
Pilihannya dua: didahului atau mendahului.
Semangat \"didahului atau mendahului\" itulah yang membuat harga-harga saham naik begitu fantastis.