Bursa Sekda, Tinggal Wahyo dan Arman

Senin 29-07-2013,11:45 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KEJAKSAN– Jelang mutasi yang akan diadakan setelah lebaran, kursi sekda kembali hangat diperbincangkan. Seperti diketahui, setelah pensiunnya Hasanudin Manap, kursi sekda kini diisi Arman Surahman sebagai Plt. Saat ini ada tiga nama yang diperhitungkan, yakni Arman Surahman (Plt sekda), Wahyo yang menjabat sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUPESDM), serta Vicky Sunarya yang kini masih menjabat kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan, Pertanian (DKP3). Dari ketiga nama itu, nama Wahyo mencuat sebagai kandidat terkuat jabatan tertinggi dalam karir PNS tersebut. Berdasarkan penuturan sumber Radar yang dekat dengan balai kota menyebutkan, Wahyo telah diskenariokan sejak awal untuk menempati pos jabatan sekda. Hal itu sesuai dengan keinginan Wali Kota Cirebon Drs Ano Sutrisno. Dikatakan, setelah Hasanudin Manap pensiun, sebenarnya nama Wahyo ingin langsung dimunculkan. Namun, karena ada pejabat senior lainnya dan menghindari kontroversi, maka dipilih jabatan sementara melalui pelaksana tugas (Plt) yang kemudian diemban Arman Surahman. “Arman dan Wahyo sangat senior. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” ucapnya kepada Radar, Minggu (28/7). Alasan lebih dipilih Wahyo dibandingkan Arman, disebut karena faktor kedekatan antara Ano dan Wahyo. Kedekatan keduanya terjalin sebelum Ano-Azis mencalonkan diri menjadi pasangan kepala daerah Kota Cirebon. Namun, Ano tetap mengajukan tiga nama sesuai prosedur yang berlaku dalam aturan menentukan jabatan sekda. “Itu untuk formalitas. Nama sekda sudah dikantongi Pak Ano,” terangnya. Masih menurut sumber itu, rekomendasi ditujukan kepada Wahyo dan menjadi skala prioritas. Dijelaskan, Wahyo dianggap paling komunikatif dan mampu menyeimbangkan diri dengan kebijakan wali kota bersama wakil wali kota. Jika sekda tidak satu hati dengan pimpinannya, akan menghambat laju pemerintahan dan pelaksanaan program yang telah dibangun. Beberapa penilaian untuk jabatan sekda tidak hanya normatif seperti eselon II (dua) maupun eselon lainnya. Meskipun termasuk kategori eselon II, jabatan sekda sangat khusus dengan kriteria tersendiri. Beberapa penilaian menjadi acuan. Di antaranya komunikatif, senior, pintar, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Sekda, orang yang menerapkan secara teknis kebijakan politis kepala daerah dengan semua instrumen birokrasinya. Saat dikonfirmasi akan kebenaran kabar ini, Wali Kota Ano tidak memberikan jawaban jelas. Menurutnya, nama-nama pejabat yang akan dimutasi dari eselon IV sampai eselon II, sudah melalui proses dan akan dibahas lebih lanjut. Sedangkan untuk jabatan sekda, pria yang juga pernah menjabat sekda itu belum mengungkapkan nama secara jelas. “Nama (sekda, red) masih rahasia,” ucapnya berteka-teki. Hanya saja, Ano pernah menyampaikan bahwa pejabat sekda harus PNS senior dan memenuhi syarat. Selain itu, memiliki kompetensi dan selaras dengan visi Ano-Azis. Pengamat kebijakan publik, Prof Dr Adang Jumhur mencoba menganalisa beberapa nama yang mencuat. Menurutnya, jika wali kota menjatuhkan pilihan sekda kepada Wahyo, hal itu dipastikan karena berbagai pertimbangan matang. Antara lain beberapa kriteria seperti pendidikan, pengalaman, dan senior. Menurutnya, dengan kapasitas Wahyo yang pernah menjabat kepala di berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD), memberikan nilai lebih bagi pria yang saat ini menjabat kepala DPUPESDM itu. “Wahyo pernah menjabat kepala bappeda. Ini memudahkan dia membuat perencanaan,” tukasnya kepada Radar, Minggu (28/7). Meskipun demikian, lanjut Adang, kasus Pemuda Gate Rp7 miliar yang sempat membawa Wahyo sebagai saksi, menjadi sedikit noda yang ada. Walaupun pada akhirnya secara yuridis tidak terbukti. Dikatakan guru besar syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu, Wahyo disebut menjadi orang dekat Ano. Bahkan, dia berkontribusi mendesain visi pasangan Ano-Azis. Adang menjelaskan, baik Arman, Wahyo maupun Vicky, ketiganya pejabat PNS senior. Dari sisi kultur, Ano lebih condong kepada Vicky atau Arman. Namun, dari sisi kedekatan, Wahyo paling dekat dibanding dua nama tersebut. Hanya saja, ujar Adang, nama sekda bisa tarik-menarik antara Ano dan Azis. Menurutnya, Wakil Wali Kota Drs Nasrudin Azis SH, tidak pas menetapkan hati kepada tiga nama itu. “Tergantung pembicaraan mereka berdua. Saya yakin, pasangan ini akan harmonis dan dapat mengomunikasikan mutasi dengan baik,” ucapnya. Dengan latar belakang pendidikan, Wahyo dianggap mampu mengayomi dan membangun komunikasi dengan berbagai kalangan secara lugas. Sedangkan Arman dikenal santun, disegani, dihormati. Namun, kekurangan Arman, menurut Adang, karena terlalu berhati-hati, sehingga tidak cepat mengambil langkah dan tidak seberani Wahyo dalam mengambil risiko. Arman dan Wahyo akan memasuki masa pensiun pada 2014 nanti. Sementara Vicky, masih memiliki beberapa tahun untuk mengabdi sebagai PNS. Selanjutnya, kata Adang, setelah para senior itu pensiun, nama Asep Dedi akan mencuat sebagai calon sekda berikutnya. Adang menduga nama Asep Dedi tidak masuk gerbong calon sekda tahun ini karena masih belum dianggap senior dari sisi usia. Walaupun memiliki kinerja bagus, Asep Dedi akan dimunculkan sebagai kandidat calon sekda pada periode setelah Wahyo dan Arman pensiun. Bahkan, dia memprediksi akan muncul nama calon sekda perempuan pada generasi Asep Dedi itu. Dikatakan Adang, jabatan sekda memiliki peran strategis dalam mengkoordinasi SKPD. Secara faktual, jabatan sekda terkesan memiliki posisi di atas SKPD. Karena itu, dibutuhkan senioritas. Dari sisi itu, ketiga nama yang disebut memenuhi kriteria. Adang menegaskan, hasil akhir nama sekda pengganti Hasanudin Manap akan ditentukan dalam mutasi rotasi dan promosi setelah Idul Fitri. Karena itu, dia mengajak seluruh elemen terkait dan masyarakat, agar menghormati apa pun keputusan wali kota dan wakil wali kota dalam menentukan jabatan sekda. “Siapa pun nanti yang dipilh, PNS di Kota Cirebon harus mematuhinya,” pesan Adang. Menjadi catatan, siapa pun yang menjabat sebagai sekda selanjutnya, harus menampilkan sebagai pengayom dan manager yang baik bagi seluruh PNS di Kota Cirebon. Sementara pengamat pemerintahan, Sigit Gunawan SH MKn menerangkan, saat wali kota memercayakan jabatan sekda kepada seseorang, dipastikan nama itu dianggap paling mampu mewujudkan visi pasangan Ano-Azis. Dengan sekda yang sesuai versi wali kota dan wakilnya, perubahan di Kota Cirebon dapat berjalan baik. Karena itu, keberadaan sekda sebagai motor penggerak organisasi di pemerintahan daerah, dapat diterima seluruh kalangan, baik birokrat maupun legislatif. Informasi yang berkembang, Sigit mendengar kabar sekda akan diemban Wahyo. “Mudah-mudahan tepat. Wahyo memiliki banyak kelebihan. Salah satunya bisa diterima kalangan legislatif (anggota DPRD, red),” ucapnya. Namun, untuk menjadi seorang sekda, setidaknya harus memahami tentang pemerintahan dan anggaran. Sigit menilai, untuk penganggaran, Wahyo berpengalaman mengalokasikan anggaran. Meskipun sempat mencuat dugaan penyalahgunaan anggaran dalam kasus Pemuda Gate Rp7 miliar, namun secara hukum nama Wahyo masih bersih karena kasus dihentikan demi hukum. Selain itu, Wahyo masih dianggap kurang teruji dalam pemerintahan. Terlebih, saat ini usianya tidak muda lagi dengan kesehatan yang tidak sebaik sebelumnya. Apa pun keputusan wali kota untuk jabatan sekda, Sigit meyakini nama itu sudah dipertimbangkan dengan matang dan komprehensif. “Wahyo, Arman, dan Vicky berpeluang. Bisa jadi, ada nama lain selain ketiganya,” terka akademisi Unswagati ini. (ysf)   TINGGAL DUA NAMA? -ARMAN SURAHMAN. Saat ini sebagai Plt sekda. Arman dikenal santun, disegani, dihormati. Namun kekurangan Arman karena terlalu berhati-hati sehingga tidak cepat mengambil langkah dan tidak seberani Wahyo dalam mengambil risiko. Arman akan memasuki masa pensiun pada 2014.   WAHYO. Saat ini sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUPESDM). Wahyo disebut-sebut telah diskenariokan sejak awal untuk menempati pos jabatan sekda dan sesuai dengan keinginan Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno. Wahyo dianggap paling komunikatif dan mampu menyeimbangkan diri dengan kebijakan wali kota bersama wakil wali kota. Sama dengan Arman, Wahyo juga akan pensiun 2014.  

Tags :
Kategori :

Terkait