Harga Kedelai Impor Mahal, Industri Tempe dan Tahu Kian Terbebani

Senin 04-01-2021,17:00 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MAKASSAR - Harga kedelai impor terus melejit. Kondisi itu membuat industri tempe dan tahu kian terbebani.

Harga kedelai ini sudah menanjak sejak dua bulan terakhir. Sekarang sudah di angka Rp9.300 perkilogram.

“Padahal normalnya hanya Rp7.100 sampai Rp7.300 perkilogram saja,” beber Ketua Asosiasi Suplier Toko Modern (Astom) Sulsel, Makmur Mingko, Minggu, 3 Januari.

Menurutnya, harga Rp9.300 itu pun berlaku jika dibeli langsung pada pengimpor dengan jumlah banyak. Harga di pasar jauh lebih tinggi lagi. Yaitu kisaran Rp14 ribu sampai Rp15 ribu perkilogram.

Kondisi ini kata Makmur sangat berpontensi berpengaruh kepada kenaikan harga tempe dan tahu. Pasalnya, perajin tempe lebih memilih menggunakan kedelai impor dibanding lokal.

“Kenapa? karena bijinya besar dan sarinya banyak. Meskipun perajin tempe tetap campurkan dengan kedelai lokal. Namun lebih banyak impor,” katanya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).

Jadi bukan karena kedelai di Sulsel atau di Indonesia tidak ada. Hanya karena kualitas kedelai impor lebih bagus. Di Sulsel kata dia, pemasok kedelai banyak dari wilayah Selatan. Seperti Jeneponto, Bantaeng, hingga Sinjai.

2

Potensi ini telah disebutkan langsung Kementerian Perdagangan menyatakan kemungkinan harga tahu dan tempe akan naik di pasar dalam negeri mulai Senin, 4 Januari 2021.

Imbas dari kenaikan harga kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Suhanto, mengatakan, kemungkinan terjadi penyesuaian harga karena pembelian kedelai oleh perajin tahu tempe ke pengimpor sudah ada kenaikan. “Kasihan juga kalau mereka tidak naikkan, nanti merugi,” katanya. (mum/dir)

Tags :
Kategori :

Terkait