Yang jelas ada dua antivirus: zithromax dan covifor. Ada obat batuk codipront. Ada pengencer darah. Ada obat kembung perut. Ada obat untuk menjaga liver. Ada obat menjaga paru-paru. Lalu, ada obat ini: neurobion 5000. Vitamin B untuk saraf. Ada pula obat diare probiotic interlac. Lalu ada obat untuk tukak usu, lexmodine. Juga ada suplemen untuk bantu memenuhi kebutuhan Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, zinc, dan selenium. Kaitannya sama sel.
Saya pun cari tahu di internet. Mengapa saya diberi obat saraf, neurobion itu. Oh, saya dapat jawabnya: banyak terjadi kasus aneh: orang yang sudah berhasil sembuh dari Covid muncul gangguan baru. Yakni sulit konsentrasi. Bahkan ada yang menjadi lebih pelupa.
Saya diberi neurobion dengan maksud agar tidak tergolong itu. Tentu saya juga diberi vitamin C. Dosis tinggi. Tidak hanya lewat obat pil. Juga disuntikkan. Lewat terminal infus di tangan itu. Vitamin lain adalah, Anda sudah tahu: vitamin D dosis tinggi.
Kan sewaktu masuk RS darah saya dicek. Ternyata kandungan vitamin D saya hanya 23,4. Itu kurang sekali. Jauh dari angka minimal yang sebaiknya 40.
Tiga hari lalu, vitamin D saya sudah di level 35. Jangan-jangan hari ini sudah 39,9 haha.
Begitulah, begitu banyak obat yang diminum. Sampai saya mengkhawatirkan liver saya. Juga ginjal saya. Maka tiap pagi, sebelum menelan begitu banyak pil, saya ucapkan permintaan maaf kepada liver saya. “Tolonglah Anda kuat ya… Ini terpaksa, karena ada Covid,\" kata saya sambil memandang bagian kanan perut saya.
Saya pun seperti mendengar jawaban liver saya: \"Saya kuat kok\". Lalu obat-obat itu saya telan satu per satu. Tentu saya bersyukur dengan hasil negatif itu. Kepada para kiai yang bertanya, saya jawab: Alhamdulillah. Kepada teman-tekan Kristen —ada yang sampai berdoa di Gua Maria —saya sampaikan Puji Tuhan. Kepada Bikhu dan Bante, saya sampaikan Amithofo. Yang sulit hanya cari istilah apa, ketika saya harus memberitahu teman-teman di Tiongkok yang komunis. (dahlan iskan)