Romo Getsemani

Kamis 04-02-2021,08:44 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

HARI ini abu jenazah beliau diberangkatkan ke Kota Batu. Setelah disemayamkan satu malam di Surabaya. Juga setelah mampir satu malam di Semarang -dalam perjalanan asal abu itu dari Jakarta.

Nama almarhum: Romo Jusuf Halim. Beliau imam Katolik dari ordo SVD. Seorang Tionghoa asal Palembang. Yang meninggal karena Covid-19 di Jakarta, Jumat, 29 Januari lalu. Romo Halim populer sekali. Karena karismanya. Karena marahnya. Karena humor-humornya. Karena jiwa ikhlas melayaninya.

Ordo SVD (Societas Verbi Divini), memang lebih fokus ke pendidikan dan sosial. Itu cocok sekali dengan jiwa Romo Halim. Misalnya dalam merukunkan rumah tangga. Romo Halim terkenal karena bisa membuat suami-istri hidup rukun. Yang bertengkar bisa kembali damai. Yang mau cerai tidak jadi pisah. Yang sudah pisah ranjang bisa menyatu lagi.

Untuk itu Romo Halim mendirikan paguyuban Tulang Rusuk. Anda sudah tahu maksudnya: istri itu terbuat dari tulang rusuk suami. Awal di zaman Adam dulu. Tidak boleh pisah. Saat Romo Halim meninggal, anggota Tulang Rusuk sudah 20.000 orang. Mereka begitu berterima kasih kepada Romo Halim.

Di Surabaya saja anggotanya 4.000 orang. Bukan karena terlalu banyak pasangan yang bertengkar di Surabaya. Tapi karena ketuanya memang tokoh pengusaha besar: Teguh Kinarto. Yang aktif sekali. Yang perumahan murahnya terbesar di Jatim.

Dan itu pula sebabnya mengapa abu jenazah Romo Halim “harus” mampir Surabaya. Terlalu banyak yang ingin memberi hormat kepada sang Romo —meskipun hanya bisa secara online. Di Surabaya abu itu disemayamkan di sebuah rumah Jalan Mojopahit. Itulah kantor komunitas Santo Michael.

Bahwa kemudian Kamis hari ini abu diperjalankan ke Batu juga ada ceritanya. Di situlah, di lereng gunung itu, Romo Halim punya inisiatif membangun Taman Getsemani. Nama taman itu diambil dari kisah kerasulan. Di sebuah lereng gunung di Jerusalem terdapat sebuah taman. Namanya Taman Getsemani.

Di situlah dipercaya Jesus berdoa untuk terakhir kalinya. Sebelum disalib. Taman Getsemani di Batu itu sudah jadi. Ada yang mengira itulah taman “rumah abu”. Agar semua Romo yang meninggal abunya disimpan di situ. Begitulah media sosial berspekulasi secara luas. Bahkan, disebut di medsos, di Taman Getsemani itulah abu Romo Halim akan disimpan abadi. “Beliau yang punya ide, ternyata abu beliau yang pertama disimpan di situ”. Begitu kata medsos.

Sebenarnya tidak begitu. Saya bertemu dengan pengusaha real estate Sidoarjo. Yang juga anggota Tulang Rusuk. Namanya: Johanes Tjandra. Empat tahun lalu Tjandra ziarah ke Israel. Bersama 50 orang lainnya. Dari seluruh Indonesia. Romo Jusuf Halim-lah yang memimpin ziarah itu.

Selama 15 hari ziarah, Tjandra menjadi akrab dengan Romo Halim. Ia semakin kagum pada karisma Romo itu. Saat itulah lahir ide Romo Halim untuk membangun Taman Getsemani di Batu. Tjandra yang diminta membangun.

Taman itu berlokasi di sebuah vila seluas 1 hektare. Nama vilanya: DOMUS ARNOLDUS. Di dalam kota Batu yang dingin. Di lokasi itu sudah ada vila besar. Terdiri dari 20-an kamar. Di villa besar itulah para pastor yang sudah purna tugas menghabiskan masa tua. Ada yang sampai meninggal dunia. Ada yang hanya sementara —kemudian dijemput keluarga.

Saat ini ada sekitar 8 Romo purnatugas yang tinggal di villa itu. Romo Halim ingin membuat para Romo-sepuh tersebut lebih bahagia. Dengan menambahkan taman yang indah di situ. Termasuk satu bangunan yang bisa untuk acara serba guna.

Hari ini abu Romo Halim akan diminta “menyaksikan” Taman Getsemani itu terakhir kalinya. Tahun lalu Romo Halim sempat ke Batu. Termasuk melihat taman baru itu. “Beliau puas sekali,” ujar Tjandra. Setelah itu tidak datang lagi. Romo Halim sangat menjaga diri dari virus korona. Beliau tidak ke mana-mana. Hanya di rumahnya di Tangerang, dekat Jakarta.

Disiplin itu juga dikenakan kepada tamu-tamu Romo. Yakni tamu yang tidak bisa ditolak. Romo tidak mengizinkan sang tamu membawa teman. Harus sendirian. Dan harus sudah tes Covid negatif. Beliau juga sangat jarang ke kantor. Hanya kalau benar-benar terpaksa.

Pun acara-acara retreat Tulang Rusuk. Dibatalkan semua. Tahun 2020 kemarin tidak satu pun retreat Tulang Rusuk diadakan. Yang mendaftar sudah sangat panjang. Sampai orang Surabaya membangun sendiri tempat retreat di Leduk, Trawas, dekat Tretes. Di lereng Gunung Penanggungan.

Tags :
Kategori :

Terkait