Soal Air Bersih, Walikota Juga Mengeluh

Sabtu 24-08-2013,10:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

*Sistem Jaringan PDAM Diakui Belum Maksimal   KEJAKSAN– Ketersediaan air bersih secara baik belum terlaksana di Kota Cirebon. Air mengalir pada jam tertentu dan bahkan tidak mengalir sama sekali, menjadi hal biasa bagi warga kota dengan penduduk lebih dari 300 ribu jiwa ini. Volume sistem jaringan distribusi yang tidak sesuai, menjadi alasan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Cirebon. Tidak hanya satu dua warga yang mengeluh, ribuan warga merasakan hal yang sama saat waktu tertentu. Karnadi (47), warga Kp Cangkol, Lemahwungkuk, merasakan sulitnya mendapatkan air bersih bagi warga pesisir. Tidak hanya di daerah tepi pantai, perumahan tempat kediaman wali kota di Griya Sunyaragi Permai (GSP) Kesambi, juga merasakan hal yang sama. “Saya sebagai wali kota juga mengeluh kepada PDAM. Kenapa air di perumahan GSP mengalirnya sedikit? Keluhan tidak hanya dari warga saja,” ucap Wali Kota Ano Sutrisno, Jumat (23/8). PDAM Kota Cirebon, ujarnya, memiliki program sambungan air bersih secara gratis hingga empat ribu sambungan baru. Hanya saja, hal itu berlaku sampai di halaman rumah. Untuk sambungan ke dalam rumah, dikenakan biaya sesuai ketentuan. Ano menjelaskan, indikator mendapatkan sambungan gratis cukup mudah. Salah satunya pemakaian listrik 900 watt. “Kalau makai listriknya saja 900 watt mampu, berarti bayar PDAM mampu. Yang gratis listriknya di bawah 900 watt,” terangnya. Direktur Teknik PDAM Kota Cirebon, Hendra Yogiyasa menjelaskan, empat ribu calon penerima sambungan air minum gratis akan diakomodasi dalam beberapa tahun. “Itu bantuan dari Australia,” terangnya, kemarin. Hanya saja, dana hibah dari Australia itu tidak akan berjalan jika sebelumnya tidak ada dana talangan dari pemerintah. Australia memberikan hingga enam ribu calon penerima pemasangan gratis dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dana akan dikembalikan atau dapat dicairkan, jika air yang terpasang jelas mengalir. Untuk mengetahui dan menilai air itu jelas mengalir atau tidak, pemerintah pusat akan datang ke Kota Cirebon melakukan cek lapangan. Hendra menambahkan, uang yang dicairkan dari dana bantuan tersebut akan langsung masuk kas daerah. Bukan kas PDAM Kota Cirebon. Dari jumlah empat ribu sambungan baru, lanjutnya, dibagi menjadi seribu pertama dan seribu kedua. Tidak seluruh daerah berhenti mengalir selama 24 jam. Hendra mengungkapkan, di wilayah Harjamukti, Kesambi dan sebagian Lemahwungkuk, mengalir 24 jam secara baik. “Memang, ada sebagian pula di wilayah lain yang tidak teraliri dengan lancar 24 jam. Ada istilahnya wilayah terjauh dan wilayah merah,” terangnya. Disebutkan pria berkacamata itu, hanya sekitar 55 persen dari seluruh pelanggan PDAM Kota Cirebon yang benar-benar airnya mengalir selama 24 jam dengan baik. Sisanya, terbagi menjadi tiga model. Pertama, mengalir di bawah 24 jam sampai 18 jam sejumlah 15 persen. Kedua, mengalir di bawah 18 jam hingga 10 jam sejumlah 15 persen dari total pelanggan PDAM, dan terakhir, mengalir di bawah 10 jam hingga tidak mengalir sama sekali sebanyak 15 persen. Hal ini terjadi, karena volume jaringan distribusi yang ada tidak sesuai kapasitas. Sehingga menyebabkan kecepatan air berkurang. Padahal, stok air bersih di Kota Cirebon sangat cukup sampai 2018 nanti. “Sebesar apa pun air dari gunung, kalau sistem distribusi belum cukup, tidak mengalir sesuai keinginan,” tukasnya. (ysf)    

Tags :
Kategori :

Terkait