Abai Nasihat Ki Hadjar Dewantara, PGRI Beberkan Penyebab Kemunduran Pendidikan

Senin 03-05-2021,22:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

JAKARTA- Mutu pendidikan Indonesia mengalami kemunduran. Penyebabnya karena bangsa ini mengabaikan nasihat Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Hal itu dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi.

Dikatakan Unifah Rosyidi, Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara telah mengajarkan orientasi pendidikan yang futuristik. “Ki Hadjar Dewantara sudah mengajarkan orientasi bangsa yang sangat jelas dan futuristik, melihat jauh ke depan. Tapi kita terlanjur mengabaikan bahkan melupakan nasihat bijak pendiri bangsa,” terang Unifah, Minggu (2/5).

“Akibatnya pendidikan kita mengalami kemunduran. Kemunduran pendidikan karena terlalu sibuk membahas masalah-masalah administratif pendidikan mulai dari kurikulum, penggunaan anggaran, sistem evaluasi dan kelulusan, dana bantuan sekolah, dan berbagai persoalan lainnya,” lanjutnya.

Dikatakan, pendidikan di Indonesia dikerdilkan menjadi sekadar akademis atau intelektualitas semata. Sementara rohnya pendidikan, hakikat pendidikan justru dilupakan. Persoalan besar yang dihadapi sekarang adalah hilangnya makna atau roh pendidikan dalam kehidupan berbangsa.

“Menyalahkan guru dalam kondisi seperti ini, juga sangat keliru. Guru sejak awal \'dijebak\' dalam persoalan administratif serta dikejar target kurikulum yang sangat menguras tenaga. Guru misalnya, harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan melakukan analisis hasil ulangan (AHU) yang membutuhkan konsentrasi tinggi,” bebernya.

Terlebih, guru juga harus menyusun silabus, membedah kisi-kisi soal ujian tengah semester (UAS) serta sejumlah hal lain yang sangat administratif, menyita waktu dan menguras tenaga. Sementara di sisi lain, kesejahteraan guru dan peningkatan mutu guru melalui pelatihan periodik yang menjadi tanggung jawab pemerintah kurang diperhatikan.

Selain itu, masih banyaknya kebijakan pendidikan yang menimbulkan kegaduhan, penyusunan peta jalan pendidikan yang pragmatis dan bukan mencerminkan tentang pandangan sebagai bangsa dalam mengantisipasi pendidikan masa depan, dan perhatian yang sangat minim kepada guru, guru 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), persoalan kesejahteraan dan kualitas yang jauh tersentuh,itu semua menunjukkan sudah saatnya ada pembenahan serius di dunia pendidikan kita.

2

Dikatakannya lagi, saat pandemi Covid-19 saat ini, permasalahan pendidikan bertambah serius. Ada dilema apabila penutupan sekolah berlangsung lebih lama yang menyebabkan learning loss dan prinsip mengutamakan keselamatan dan kesehatan pendidik dan para peserta didik.

“Adanya pemberian vaksin bagi para pendidik dan tenaga kependidikan merupakan langkah penting untuk memastikan pembelajaran tatap muka (PTM) dapat berlangsung aman. PGRI berharap agar pemerintah, pemerintah daerah sangat serius menyiapkan secara hati-hati PTM demi keselamatan dan keamanan para peserta didik, pendidik, orang tua, dan masyarakat,” terang dia.

Karenanya, diharapkan pada Hari Pendidikan Nasional mendatang, Ki Hadjar Dewantara dapat “tersenyum” bangga dan bukan sebaliknya “menangis” sedih melihat kondisi pendidikan saat ini.

Untuk diketahui, Ki Hadjar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah pahlawan nasional asal Jogjakarta, yang lahir pada 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya kemudian diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Terpisah Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan mutu pendidikan Indonesia akan terus ditingkatkan. Perbaikan dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan. “Perbaikan pendidikan di Indonesia akan terus diupayakan, salah satunya, dengan transformasi melalui terobosan merdeka belajar yang saat ini sudah 10 episode diluncurkan,” ujarnya saat Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021 yang digelar secara virtual, Minggu (2/5).

Diungkapkannya untuk meningkatkan pendidikan Indonesia, ada empat prioritas yang harus dijalani. Empat prioritas tersebut yaitu perbaikan pada segi infrastruktur dan teknologi. “Kedua, perbaikan dari segi kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan,” ujarnya.

Selanjutnya, kata Nadiem, adalah perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya. Prioritas keempat adalah perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen. “Dengan empat prioritas tersebut, diharapkan pendidikan di Indonesia semakin maju dan menghasilkan lompatan-lompatan ke depan,” katanya. (gw/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait