JAKARTA- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut fenomena melonjaknya angka infeksi Covid-19 di India menjadi kegelisahan dunia pendidikan Indonesia. Artinya masih harus waspada. Protokol kesehatan harus menjadi prioritas. Jangan sampai lengah.
“Kita masih ingat awal Covid-19 terjadi, dan seketika itu sudah tersebar ke seluruh dunia. Lalu bagaimana tantangan dunia di tahun kedua, setelah melihat fenomena India? Inilah yang sedang menjadi kegelisahan kita, termasuk dunia pendidikan kita,” ujar Komisioner KPAI Jasra Putra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (2/5).
Ia mengatakan, setiap orang diberi kesempatan seluas-luasnya menjadi terdidik, dididik, dan kesempatan memperoleh pendidikan, dan tidak memandang usia.“Namun pandemi Covid-19 menuntut pendidikan berubah dan bertransformasi diri, bahkan cenderung merevolusi diri, karena langsung memutus kebiasaan lama dan dipaksa masuk dalam dunia digital yang sampai saat ini masih dianggap tak ideal,” katanya.
Namun, lanjut dia, penguasaan dunia teknologi digital masih dibatasi kemampuan untuk mendapatkannya, karena masih sangat mahal.“Hanya sebagian orang yang mampu mengatasi hambatan dunia pendidikan digital dan menikmatinya,” ucapnya.
Ia menambahkan dunia pendidikan juga masih dihantui ancaman penularan Covid-19. Tak dipungkiri, setelah sekolah membuka belajar tatap muka muncul kabar klaster sekolah. “Kita masih ingat di awal Maret ketika Indonesia mengumumkan Covid-19 pertamanya, seketika itu kata klaster menjadi suatu sinyal bahaya yang sangat ditakuti,” ujarnya.
Menurut dia, di sinilah tantangan dunia pendidikan hari ini, mampukah pendidikan menjadi usaha sadar manusia dalam mengedukasi diri di tengah pandemi Covid-19, di mana pengurangan dan pembatasan menjadi kata kuncinya. “Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei para entitas pendidikan Indonesia. Membaktikan diri dalam dunia pendidikan maya, menjadi isu besar dunia dalam menjawab tantangan Covid-19,” pungkasnya.
Sementara itu, varian baru Covid-19 B1617 dari India telah masuk Indonesia. Sejauh ini ada 10 warga telah terdeteksi mengidap varian yang ditemukan di India ini. Jubir Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi meminta agar masyarakat waspada terhadap penyebarannya. Terlebih dari varian baru ini, kasus positif Covid-19 di India mengalami lonjakan yang laur biasa.
Untuk mencegah terjadinya penularan varian B1617, dia meminta agar masyarakat Indonesia membatasi mobilitas. “Pembatasan (mobilitas) menjadi kunci utama kita untuk mengatasi varian dan penyebaran dari varian baru ini,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/5).
Diungkapkannya, varian baru yang muncul di Indonesia tersebut ditemukan melalui kasus transmisi lokal. “Kasus itu terjadi di Kabupaten Karawang, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan kasus lainnya akibat terpapar dari luar negeri,\" ungkapnya.
Karenanya, menurutnya, penularan varian baru bisa dihindari jika mobilitas masyarakat berkurang. Langkah itu juga menjadi formula mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19. “Kita melihat bahwa mobilitas yang tinggi akan menyebabkan lonjakan kasus, sementara mobilitas yang rendah itu akan menekan laju penularan,” pesan Siti Nadia Tarmizi. (gw/fin)