SERANGAN Israel ke wilayah Palestina kembali berlanjut pada hari kedelapan, Senin (17/5/2021) dini hari waktu setempat. Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Netanyahu menyatakan, tidak akan mengendurkan serangan ke wilayah Palestina. Alasannya, menyasar kelompok militer bersenjata Israel yang melakukan ‘penyerangan’ ke Israel.
Koresponden AP di Gaza, Fares Akram menyebut, serangan pada Senin dini hari itu berlangsung “lebih berat dan lebih lama”. Pengeboman udara Israel pada hari Senin “lebih berat, di wilayah yang lebih luas dan berlangsung lebih lama” daripada serangan pada hari Minggu di mana 42 orang Palestina tewas.
Akram juga menyebut ledakan “mengguncang kota” dari utara ke selatan.
Sementara, koresponden Al Jazeera, Safwat al-Kahlout mengatakan, hampir tidak ada “satu jam perdamaian” dan drone Israel “melayang di atas kepala, mengendalikan langit”.
Netanyahu tak Sudi Damai
Perdana Menteri Israel Bejamin Netanyahu tegas menyatakan tak akan mengendurkan serangan.
Sebaliknya, Netanyahu bersikukuh bahwa operasi militer menargetkan kelompok militer Hamas akan dilanjutkan dengan kekuatan penuh.
Pernyataan Netanyahu itu sebagaimana dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Minggu (16/5) malam, setelah konferensi pers mengenai pembaruan status, di Kirya Tel Aviv bersama Menteri Pertahanan.
“Israel akan terus bertindak melawan kaum radikal di Jalur Gaza yang menggerogoti wilayahnya,” ujarnya.
“Kampanye kami melawan organisasi teroris berlanjut dengan kekuatan penuh,” sambungnya. Netanyahu berujar, operasi militer akan dilakukan selama yang diperlukan.
“Kami bertindak sekarang, selama diperlukan, untuk memulihkan ketenangan warga Israel. Ini akan memakan waktu,” katanya.
Netanyahu juga menyebut bahwa serangan Israel adalah untuk menuntut ‘penyerang’ membayar atas apa yang sudah dilakukan. Dan menolak upaya internasional untuk mengatur gencatan senjata.
Ia mengakui serangan yang dilakukan itu membuat Israel di bawah tekanan dunia. Akan tetapi, Netanyahu menyebut bahwa negara Zionis itu didukung sejumlah negara. Salah satunya adalah Amerika Serikat.
BBC melaporkan, utusan AS, Hady Amr, telah berada di Israel untuk membahas ketegangan yang terjadi dengan pejabat Israel.
Hady Amr juga telah menyaksikan serentetan kekerasan antar-komunal yang mengkhawatirkan di kota-kota campuran Yahudi-Arab. Hady Amr juga bertemu dengan para pemimpin Israel-Arab.(pojoksatu)