JAKARTA – Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bukan Gubernur DKI Jakarta pertama yang berasal dari etnis Tionghoa. Jauh sebelum Ahok, Hendrik Joel Hermanus Ngantung alias Henk Ngantung telah berhasil menduduki kursi DKI 1.
Namun, sama juga dengan Ahok, masa jabatan Henk Ngantung singkat. Dia menjabat pada 27 Agustus 1964 hingga 15 Juli 1965.
Dilaporkan pojoksatu.id, Henk Ngantung yang bersuku Minahasa, Sulawesi Utara ini sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1960-1964.
Saat itu, ia mendampingi Soemarno Sosroatmodjo sebagai gubernur. Ia menjadi tiga dari gubernur yang menjabat tak sampai satu tahun. Dua lainnya adalah Daan Jahja (Desember 1949-Februari 1950) dan dan Soemarno Sosroatmodjo (Juli 1965-April 1966).
Henk Ngantung juga dikenal sebagai seorang pelukis yang belajar secara otodidak. Dengan latar belakang itulah ia kemudian diangkat menjadi gubernur karena Presiden Soekarno ingin Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
Selain itu, Henk juga memiliki kedekatan dengan Soekarno yang memang penyuka seni, salah satunya lukisan. Henk Ngantung pun ‘merombak’ Jakarta dengan penataan pohon-pohon di tepi jalan.
Ia juga mengatasi permasalahan gelandangan dan pengemis yang merusak pemandangan Jakarta. Henk juga menjadi pemrakarsa sejumlah karya monumental yang kini menjadi ikon ibukota.
Di antaranya adalah Tugu Selamat Datang dan Monumen Pembebasan Irian Barat. Henk pula yang membuat lambang DKI Jakarta dan Kostrad.
Sayangnya, ia kemudian tiba-tiba dicopot dengan alasan tidak jelas.
Mantan Gubernur Paling Menderita
Usai tak lagi menjabat sebagai gubernur, nasib Henk Ngantung jatuh sengsara, terlebih di awal kekuasaan Orde Baru.
Cap sebagai pengikut PKI pun langsung disematkan kepadanya hingga membuatnya dipenjara tanpa disidang dan diadili.