Bahkan di pabrik kertas saya dulu, kalau terjadi kedipan seperti itu, perlu 12 jam untuk bisa produksi lagi.
Rupanya problem kedipan di pabrik oksigen itu cepat teratasi. Sudah ada pertemuan antara pemerintah dan PLN. Di saat gawat seperti ini, please, listrik tidak boleh pun sekadar berkedip. Syukurlah tidak ada lagi berita kekurangan oksigen.
Di Jawa, produksi listrik sekarang ini cukup. Bahkan kelebihan banyak sekali. Sampai menyulitkan PLN. Kesulitan itu sampai membuat biaya pemeliharaan harus diketatkan. Banyak daun dan pohon di sepanjang jaringan 20 kv sampai semampai menyenggol kabel. Kedipan itu terjadi –umumnya– karena itu. Bukan lagi oleh benang layang-layang. Atau binatang.
Kabel-kabel kita masih telanjang. Begitu kena senggol ia terangsang: berkedip.
Kita bangga dengan ITB –lewat masjid Salmannya. Lewat tim Vent-I nya: yang diketuai oleh Dr Ir Syarif Hidayat. Sampai hari ini tim itu sudah memproduksi 6.500 ventilator non ICU. Yang sudah disebarkan ke seluruh Indonesia.
Di bidang oksigen putra Indonesia juga boleh dibanggakan: Arief Harsono. Ia pemilik PT Samator (Samarinda-Toraja).
Berkat kegigihannya kita sudah mandiri di bidang oksigen. Sudah menjadi raja di negeri sendiri. Beberapa perusahaan asing justru kalah: tidak mampu bersaing dengan oksigen Samator. Bahkan ada perusahaan asing yang memilih tutup.
Tentu ada yang masih bertahan tapi tidak bisa besar: dari Amerika, Prancis, dan Italia.
Sekarang ini Samator punya 48 pabrik oksigen di seluruh Indonesia. Termasuk di daerah yang secara komersial tidak menguntungkan, seperti Lombok.
Kemampuan produksinya mencapai 800 juta ton/tahun. Masih akan naik lagi kalau pabrik barunya di Surabaya beroperasi dua bulan lagi.
Saya tidak perlu lagi mengupas siapa putra Toli-toli, Sulteng ini. Sudah ada di Disway (12 September 2020). Juga sudah ada di podcast Energi Disway (11 September 2020).
Bahkan belakangan Samator membangun tangki-tangki penampung oksigen di rumah-rumah sakit. Oksigen tinggal dikirim dalam bentuk cair, dari pabrik ke tangki-tangki di RS itu.
Itulah sebabnya tidak sampai terjadi ”drama” tabung oksigen seperti di India.
Saya belum tahu seberapa mandiri kita di bidang disinfektan. Rasanya kita sudah mandiri. Membuatnya tidak sulit. Bahkan, saya perhatikan, pengusaha-pengusaha kecil mampu memproduksinya. Sampai punya merek yang ratusan jumlahnya.
Tentu kita juga mandiri di bidang masker. Apa pun bentuknya, coraknya maupun kualitasnya.
Di bidang vaksin kita sebenarnya juga bisa –kalau mau. Baik yang itu maupun yang merah putih.