CIREBON - Pengusaha Cirebon, Soenoto menyuarakan lockdown total. Usulan itu, juga disampaikan ke Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dengan segala perhitungannya.
Dalam sebuah dialog di stasiun televisi swasta nasional, pengusaha kenamaan ini menegaskan, butuh waktu 15 hari. Lockdown seluruh Indonesia.
Pernyataan tersebut didasari kepada kesadaran kepada pemerintah yang sedang mencari solusi untuk menyeimbangkan antara ekonomi dan pandemi Covid-19.
“Saya melihat data-data yang ada, kondisinya sudah darurat. Kalau seandainya kedaruratan ini tidak selesai, dikhawatirkan bisa menggangu NKRI,” ujar Soenoto dalam video yang menyebar secara luas.
Soenoto mengatakan sejak awal April 2020 ia usulkan lockdown total. Soenoto memberikan contoh bahwa menghadapi air bah tidak bisa diselesaikan hanya dengan gundukan-gundukan batu. Ataupun menerapkan pembatasan secara parsial.
“Kita harus total. Saya kasih contoh pendekatannya, jumlah desa kita 75.000 desa. Rata-rata per desa itu penduduknya 4.000. Kalau yang miskin itu 10%, ada 400 jiwa, dibagi 4 jiwa berarti cuma 100 KK. Prajurit kita itu ada 467 ribu, jadi setiap prajurit membagikan bantuan hanya kepada 16 rumah,” terang Soenoto.
“Dan telah saya hitung kalau setiap jiwa dikasi bantuan Rp50 ribu per hari kali jumlah orang miskin, itu hanya Rp23,3 triliun. Itu kalau 15 hari. Dan belanja negara juga dengan lockdown 15 hari kan berkurang. Kecuali pengeluaran tetap. Jadi gak perlu sekarang ngomong hak asasi, hari ini kita ngomognya adalah kewajiban asasi, yaitu kewajiban menyelamatkan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air,” terang Soenoto.
Hal serupa juga disampaikan dalam wawancara khusus Radar Cirebon dengan Soenotoo pada April 2020 lalu. Soenoto menyatakan, Covid-19 bisa diatasi dalam 15 hari melalui pendekatan kuantitatif. Ditambah 7 ilmu penyeimbang. Cara ini telah diajukan ke Presiden Jokowi. Mudah dipahami dan masuk akal.
Quantitative Approach for Covid-19 Solution pertama diinisiasi oleh Soenoto. Pengusaha Cirebon ini mengatakan ada 2 pendekatan atau solusi dalam mengatasi segala sesuatu. Termasuk menangani Covid-19. Yaitu pendekatan yang bersifat angka (kuantitatif) dan tidak (kualitatif). Dan yang akan dibahas adalah kuantitatif.
Pertama, dengan mengakumulasikan jumlah penduduk Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Disepakati jumlahnya 270 juta jiwa. Kemudian, Indonesia memiliki 8-9 persen orang miskin.
Digenapkan agar lebih memudahkan proses hitung, menjadi 10 persen. Ya, 10 persen penduduk Indonesia adalah warga miskin. 10 persen dari 270 juta adalah 27 juta. Mutlak dan tidak terbantahkan.
“Kalau 27 juta jiwa dikasih bantuan setiap hari sebesar Rp50 ribu, cukup toh? Dari mulai bayi sampai kakek-kakek. Rp50 ribu untuk satu jiwa, bukan 1 keluarga. Jika 1 kartu keluarga ada 4 orang, berarti dapat bantuan Rp200 ribu,” jelas Soenoto yang saat itu wawancara dengan Radar Cirebon di kediamannya di Jl Pemuda, Kota Cirebon.
Berita berlanjut di halaman berikutnya...
Baca juga:
- Walikota Cirebon: Pemberantasan Narkoba Harus Tiru Densus 88
- Kondisi Gempa Terkini di Gunung Kidul
- Kapal Kargo MV Hilma Bulker Sandar di Cilacap, Diduga Penyebab Awal Covid Varian Delta Masuk Indonesia