Mahasiswa Tuntut Transparansi APBD

Sabtu 30-10-2010,06:53 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KUNINGAN - Sumpah Pemuda terus dijadikan momentum para pemuda, terutama mahasiswa untuk mengungkapkan unek-uneknya. Jum’at (29/10), ratusan mahasiswa gabungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Kuningan melakukan unjuk rasa. Mereka, antara lain dari BEM Universitas Kuningan (Uniku), BEM Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Ihya, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKu). Tuntutan mereka beragam. Namun lebih kepada tuntutan transfaransi APBD Kuningan. Kemudian ajakan pemuda bangkit. Terakhir ajakan sekaligus action langsung penggalangan dana untuk korban bencana tsunami di Mentawai, dan korban letusan Gunung Merapi, Jogjakarta. Unjuk rasa diawali long march massa dari Kampus II Uniku, pukul 9.00. Sasaran utama mereka, Kantor Bupati Kuningan. Di depan pendopo, massa mendapat penjagaan ketat aparat kepolisian dan Satpol PP. Bahkan beberapa polisi bersiap dengan pistol gas air matanya. Namun apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Aksi aliansi BEM berjalan tertib dan damai. ”Terpaan isme global telah menghantam pemuda. Hilangnya moral, matinya idealisme tertidurlah dengan rayuan kenikmatan, lupa akan masa depan untuk perubahan. Sehingga kepekaan sosial menjadi hilang, bencana pun tak peduli. Itulah yang terjadi hari ini kawan,” koar Presma BEM Uniku, Dedi Hendriana. Kejadian memprihatinkan lain, menurut Dedi, koalisi pemuda sudah mengekor pada kekuasaan birokrasi dan mengancam eksistensi kemandirian pemuda sebagai pelopor perubahan. Kemudian hilangnya integritas pemuda sebagai pengusung perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan pembodohan publik. Maka dari itu, lanjut Presma STIKKu, tancapkan identitas sebagai pemuda. Bangun dan meleklah untuk perubahan serta peka akan kehidupan sosial. Ia mengajak pemuda untuk bangkit dan keluar dari belenggu kekuasaan yang membutakan kebenaran dan keadilan. ”Mari kita bersatu untuk membongkar berbagai indikasi kebohongan publik,” tandasnya. Selanjutnya, Dedi menuntut transparansi setiap aturan. Khususnya penggunaan anggaran publik. Ia meminta APBD bisa menjadi konsumsi semua lapisan masyarakat. Di sisi lain, sebagai bentuk kepekaan sosial, Presma BEM STAI Al Ihya menyerukan semua elemen untuk penggalangan dana korban bencana dengan program ”One Men One Thousand” dan doa bersama bagi korban bencana di tanah air. Usai berorasi di depan pendopo, massa bergerak ke Taman Kota untuk langsung melakukan penggalangan dana bagi korban bencana. (tat)

Tags :
Kategori :

Terkait