Jalan Perjuangan Kota Cirebon kerap menjadi lokasi tawuran pelajar. Padahal dulu, menurut sejarah, para pahlawan kemerdekaan bertempur habis-habisan di kawasan ini.
PERTEMPURAN 2 Mei 1949 merupakan sebuah tonggak tersendiri bagi perlawanan rakyat Cirebon terhadap agresi militer Belanda.
Pasukan yang tergabung dalam KPRN di bawah pimpinan Mahmud Pasha dan Bunawi, bergerilya di Sektor IV. Mereka berkumpul di Kampung Comberan dan Majasem, untuk melaksanakan perintah penyerangan ke Kota Cirebon.
Pasukan KPRN Mahmud Pasha terdiri dari Pasukan Kancil Merah, Pasukan Usman dan Budiardjo, dibantu KPRN Bunawi.
Malam hari, sekitar pukul 21.00 WIB pada 4 Mei 1949, serangan dilakukan serentak. Mereka terbagi ke beberapa arah.
Yang ke barat yaitu Cideng-Parujakan pasukan dipimpin Abdul Kadir. Arah selatan Sunyaragi-Kesambi dipimpin Smy A Sobari. Sementara serangan ke timur Pegambiran-Jagasatru dipimpin Rasman.
Komando Induk berkedudukan di perkapunya persis di belakang PLTG Sunyaragi. Senjata mortir ditempatkan di Cideng, moncongnya mengarah ke Tangsi Militer di Jl Kesambi Raya dan Tangsi Santa Maria tempat arteleri Belanda.
Pada saat terjadi serangan itu tentara Belanda panik, mereka meninggalkan pos-posnya dan berkumpul di pelabuhan. Kota Cirebon berhasil duduki pasukan pejuang. Kota dalam kondisi sepi.
Dilansir dari dokumen pemberitaan Radar Cirebon berjudul \"Susun Kekuatan di PLTG, Pejuang Cirebon Pukul Mundur Penjajah ke Pelabuhan\" disebutkann bahwa kontak senjata juga terjadi di Kampung Karang Jalak, akibat penghianatan seorang mata-mata Belanda bernama Jian.
Namun pasukan berhasil meloloskan diri dari Polisi Belanda, tapi ada yang terluka terkena tembakan. Tak lama kemudian terjadi lagi penyerangan, juga karena penghianat bernama Husrani.
Gugur dalam penyerangan ini adalah saudara Kemis, dan senjatanya berjenis volt 38 ikut terampas.
Baca juga:
- PPKM Darurat, Karyawan Mal Dirumahkan Sementara
- PPKM Darurat, Tunjukkan Kartu Vaksin Saat Perjalanan Jauh