Bantuan Telat, Disambut Parang

Senin 01-11-2010,07:49 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

SIKAKAP - Tersendatnya distribusi bantuan untuk korban gempa Mentawai mulai memunculkan problem. Sejumlah relawan dan tim SAR yang berupaya menjangkau lokasi-lokasi terpencil di pesisir Selatan Pulau Pagai disambut amarah korban tsunami. Warga di Surat Aban bahkan menyambut tim relawan dengan parang dan sempat emosional hingga hampir beradu fisik. “Kami paham dengan kondisi warga, karena itu kami tidak mempersoalkan hal itu,” ujar Johny salah seorang relawan tim SAR Padang ketika ditemui di Pulau Sikakap kemarin (31/10). Hal itu disebabkan terlambatnya distribusi bantuan yang kini menumpuk di Sikakap, titik utama penyimpanan logistik korban tsunami Mentawai. Hampir sepekan setelah diguncang gempa dan diterjang tsunami, cukup banyak titik-titik dengan kerusakan terparah di Kepulauan Mentawai yang belum tersentuh bantuan. Bupati Mentawai Edison Seleleubaja mengatakan bantuan logistik dan ratusan relawan masih tertahan di posko bencana di Kecamatan Sikakap, Pagai Utara. Padahal di Kepulauan Mentawai, selain Pagai Utara, masih ada tiga kelompok utama pulau berpenghuni lainnya, yakni Siberut, Sipora, dan Pagai Selatan. Menurut Edison, bantuan tidak bisa dikirim karena tak ada alat transportasi yang bisa menembus wilayah terparah itu. Bahkan lima kapal perang milik TNI Angkatan Laut pembawa bantuan pun tak bisa merapat. “Tidak ada tempat pendaratan. Jadi kapal TNI AL terpaksa kembali lagi.” Menurut Edison, pengiriman bantuan kian sulit karena dalam beberapa hari terakhir Mentawai pun dilanda hujan deras dan angin kencang. Gelombang air laut lebih tinggi dari biasanya. Ketua DPRD Mentawai Henri Dori Satoko mengatakan, petugas dan relawan memerlukan lebih banyak perahu motor cepat (speedboat) untuk menyebarkan bantuan ke seluruh pelosok Mentawai. Perahu dan kapal berukuran kecil lebih efektif ketimbang kapal besar. Soalnya, selain melalui laut, jalur transportasi di Mentawai melalui banyak sungai dan laut. Kepala Dusun Muntei, Pagai Utara, Jersanius Samalouisa, mengatakan sebagian warga Mentawai yang tinggal di dusun-dusun sebenarnya tidak awam tentang bahaya tsunami. Bahkan informasi seputar prediksi para ahli tentang gempa besar yang sering terjadi di kepulauan itu sudah tersampaikan dengan baik. “Namun, kejadian kali ini datang tiba-tiba dan terjadi di malam hari ketika banyak orang sedang beristirahat di rumah,” katanya. Warga Siberut Selatan, Siberut Utara, dan Pagai Utara, misalnya, telah membangun tempat pengungsian di puncak bukit. Untuk mempermudah penyelamatan diri, jalan menuju puncak bukit bahkan sudah disemen dan disosialisasikan sebagai jalur evakuasi. Kemarin (31/10) Ketua PMI Jusuf Kalla juga mengunjungi lokasi bencana di Mentawai. Tiga unit helikopter juga dibawa serta oleh mantan Wapres itu untuk mengevakuasi korban dan mendistribusikan bantuan ke pulau-pulau terpencil. JK juga mengerahkan lima dokter spesialis dan bantuan medis lain untuk korban bencana tsunami. “Saya sudah mempersiapkan posko bantuan PMI bagi korban tsunami di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, kami harap Pemda dapat berkoordinasi dengan baik. Sehingga, penyaluran bantuan dapat berjalan lancar,” ujarnya. Menurutnya, helikopter dari Mukomuko hanya memerlukan jarak tempuh sekitar 30 menit menuju Mentawai. Sementara dari Padang, Sumatra Barat, helikopter membutuhkan waktu 90 menit ke lokasi bencana. PMI juga memobilisasi bantuan melalui kapal. JK yang tiba sekitar pukul 11.00 WIB berencana untuk mengunjungi lokasi bencana dengan helikopter PMI. Namun, ketika hendak lepas landas, awan hitam dan hujan tiba-tiba datang. Akhirnya, rombongan yang sudah bersiap di dalam heli terpaksa turun. “Kena juga saya, inilah cuaca, tidak bisa diprediksi,” ujar JK ketika turun dari heli lantas tersenyum. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya JK memutuskan untuk terbang kembali ke Mukomuko. PMI mendistribusikan 1.117 tenda, 11 ribu terpal, 500 selimut dan 500 family kit yang diwadahi karung yang masing-masing berisi tikar, periuk, senter, 15 batang sabun mandi, 2 kg sabun cuci, 2 botol sampo, 10 helai pembalut wanita, 5 masing-masing piring, sendok, gelas, cangkir dan handuk, 3 sarung dan 2 selimut. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memobilisasi transportasi 3 kapal Landing Craft Tank (LCT). Kapal itu bisa dibuka tanpa memerlukan dermaga karena bawahnya datar dan langsung bisa merapat. Ada KN 022 dari Pelabuhan Sibolga, Sumut, KN 027 sudah ada di Padang, Sumbar dan LCT Jayanti yang statusnya disewa. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Paulinus Sabelepangulu mengatakan bantuan ke posko bencana di Sikakap sudah banyak yang berdatangan setiap hari, namun badai dan hujan lebat serta gelombang tinggi hampir terjadi sepanjang hari. Sampai hari ini jumlah korban tewas akibat gempa 7,2 SR disusul tsunami di Kepulauan Mentawai Sumbar pada Senin malam lalu telah mencapai 449 jiwa. Sedangkan warga yang belum ditemukan Tim SAR akibat gempa dan tsunami tersebut 96 orang. Korban yang mengalami luka-luka yakni, 270 orang mengalami luka berat, 142 orang luka ringan. Korban yang mengalami luka-luka dari sejumlah desa sudah dievakuasi ke pengungsian di Sikakap untuk mendapatkan pertolongan pengobatan. Rumah warga yang rusak akibat gempa dan tsunami sebanyak 517 unit kondisi rusak berat, 204 unit rumah rusak ringan. Sarana pendidikan yang rusak yakni, 4 unit rusak berat, 1 unit rusak sedang. Empat unit rumah dinas rusak berat. Dua unit resort juga rusak berat yakni Resort Marcaroni dan Katei, 1 unit kapal pesiar terbakar, 1 unit kapal pesiar rusak ringan. Fasilitas umum yang rusak yakni jembatan 7 unit, antara lain jalan P2D rusak sepanjang 8 km. (zul)

Tags :
Kategori :

Terkait