JAKARTA – Hadirnya Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan BRI sebagai induk, serta Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) dinilai akan membuat kinerja saham BBRI semakin solid ke depan.
Hal ini terungkap dalam diskusi Zooming With Primus di BeritaSatu TV, Kamis (29/7), yang diikuti oleh Direktur Utama BRI Sunarso, Direktur Utama LPPI Mirza Adityaswara, Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma.
Menurut Suria, solidnya saham BRI ke depan tak terlepas dari kinerja fundamental ketiga perseroan anggota holding yang memang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk. Dia menganalisa, sebelum holding laba bersih PNM dan Pegadaian sudah mencapai sekitar 14% dari laba bersih BRI.
Setelah holding, cost of fund (PNM dan Pegadaian) menurutnya akan bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perseroan menjadi satu kesatuan ekosistem.
Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya. Oleh karena itu dia tak ragu dalam menilai kinerja saham BBRI secara jangka panjang akan sangat solid, dimana investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut.
“Jadi kinerja itu akan tetap baik. Jadi saya pikir secara jangka panjang masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” ujarnya.
Seperti diketahui, holding tersebut segera terbentuk setelah RUPSLB digelar BRI pada Kamis lalu (22/07). BRI mendapatkan persetujuan rights issue dari mayoritas pemegang saham dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Melalui PMHMETD pemerintah akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI melalui mekanisme inbreng. Dana hasil dari aksi korporasi itu diantaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding BUMN UMi.
Selain itu, hal yang akan menjaga kinerja saham BRI adalah holding BUMN UMi itu sendiri. Dia menilai total value dari holding BUMN UMi sangat baik.
Suria pun menganalisa bahwa inbreng PNM dan Pegadaian terhadap BRI ditambah dana dari publik membuat holding memiliki total value hingga Rp95 triliun dengan perkiraan price to book value (PBV) 1,75 kali.
Senada, Mirza Adtyaswara mengatakan holding akan memperkuat kinerja fundamental ketiga perseroan. Harapannya BRI bisa memberikan bantuan teknologi, hingga pendanaan yang akan mendorong efisiensi dan bersinergi dalam produk.
Dengan demikian dia berharap loan to GDP Indonesia bisa lebih besar dari 32% melalui akselerasi. Dia menyebut negara kita masih kalah dibandingkan dengan negeri tetangga. Banyak negara tetangga memiliki persentase loan to GDP di angka 50%. “Kita melihat negara maju, Singapura, sudah pasti loan to GDP sudah di atas 100%,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan melalui rights issue pihaknya melepas sebanyak-banyaknya 28,7 miliar lembar saham baru dengan harapan meraup dana segar sekitar Rp.41 triliun. Apabila aksi korporasi ini terserap seluruhnya, pihaknya pun memproyeksikan sekitar 5 tahun ke depan pertumbuhan kredit melalui ekosistem ini mampu tumbuh rata-rata 14% secara tahunan.
“Niat mulia kita membangun ekosistem ultra mikro bertujuan agar ekosistem ini bisa secara efisien melayani masyarakat sebanyak mungkin dan dengan biaya semurah mungkin. Maka sudah layak keputusannya, daripada terdilusi lebih baik ambil dan eksekusi hak memesan efek terlebih dahulu,” pungkas Sunarso. (ttr/adv/rls)