Sampah Sebabkan Pendangkalan Laut

Senin 09-09-2013,08:47 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Perahu Nelayan Tak Dapat Bersandar Dekat Pantai   CIREBON– Pendangkalan sungai dan lautan tidak terelakan di sepanjang pesisir Kota Cirebon. pendangkalan berimbas pada berbagai sektor. Selain kesehatan karena tumpukan sampah bercampur lumpur hingga meluas. Akibat pendangkalan, perahu nelayan tidak dapat bersandar dengan baik. Hal ini disampaikan Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cirebon, Karsudin. Karsudin menjelaskan, di hampir sepanjang pesisir pantai Kota Cirebon, terjadi pendangkalan sungai dan laut. Dikatakan, pendangkalan berangkat dari tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah, belum sesuai harapan. “Masyarakat belum memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya,” ucap Kasrudin. Sehingga, warga pesisir menjadikan laut sebagai tempat sampah luas yang dapat dimanfaatkan sebagai Tempat Sampah Akhir (TPA). Namun, Kasrudin menampik jika smapah itu dari masyarakat pesisir pantai seluruhnya. Dikatakan, selain sampah dari warga pesisir, banyak pula sampah yang berasal dari warga Kota Cirebon. “Mereka beramai-ramai buang sampah dilaut,” terang Karsudin. Akhirnya, masyarakat nelayan yang mendapatkan imbas dari pendangkalan sungai dan laut tersebut. Dimana, perahu nelayan tidak dapat masuk secara lancar dan baik hingga tepi sungai. Meskipun saat ini sudah hampir dua bulan menganggur, pendangkalan tetap harus dicarikan solusinya. Selama setahun, nelayan hanya memiliki waktu enam bulan untuk memaksimalkan hasil tangkapan. Kepala Bidang Kebersihan DKP, Agus Hasyim SH mengatakan, ada tumpukan sampah di bibir pantai Kota Cirebon. Tepatnya di pesisir yang masuk wilayah Kecamatan Lemahwungkuk. Saat ini, sampah-sampah  tersebut menggunung dan menjadi tanah timbul. Lautan sampah, ujarnya, memang menjadi kewenangan DKP. Namun, sampah yang menumpuk tersebut tidak terjadwal dibuang petugas DKP. “Sampah menumpuk sampai panjang dan jauh sekali,” ucapnya. Bahkan, lautan sampah itu seperti pulau kecil. Diterangkan, karena menjadi kebiasaan, jumlah sampah sangat banyak dan menumpuk. Jika harus dilakukan pengangkutan, lanjutnya, hal itu akan memakan anggaran tidak sedikit. Pasalnya, sampah diperkirakan sudah mencapai beberapa ton. Disamping itu, fakta dilapangan justru masyarakat tidak merasa terganggu akan keberadaan sampah menggunung disekitar rumahnya. “Sampah dari luar wilayah itu, diminta untuk dibuang disitu (wilayah pantai pesisir),” terangnya. Agus mengungkapkan, bertahun-tahun sampah sengaja diendapkan oleh masyarakat setempat, bukan tanpa tujuan. Sampah menumpuk yang sengaja dikumpulkan itu, dijadikan fondasi bangunan dan rumah saat sudah menjadi tanah timbul. Mengetahui hal itu, DKP semakin bingung dengan kenyataan tersebut. Meskipun demikian, bersama instansi terkait, Agus Hasyim akan melakukan koordinasi agar masalah sampah yang dianggap biasa bagi warga, tidak mengganggu kesehatan mereka. “Jelas mengganggu kesehatan. Sampah itu membawa kuman penyakit,” jelasnya. Karena itu, selain kesadaran masyarakat, langkah koordinasi harus segera dilakukan untuk menanggulangi pendangkalan akibat sampah dan lumpur. Salah satu alternatif solusi, dengan melakukan pengerukan. Meskipun disekitar pesisir sudah disediakan TPA, warga belum memaksimalkan fungsinya. (ysf)   FOTO: YUSUF SUEBUDIN/RADAR CIREBON LESU. Salah seorang neyalan di Pesisir Panjunan tertunduk lesu menatap perahunya yang tidak bisa digunakan melaut. Pendangkalan membuat nelayan sulit keluar masuk sungai menuju laut.    

Tags :
Kategori :

Terkait