Tahu dan Tempe Menghilang

Selasa 10-09-2013,08:12 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Batal Demo, Perajin Sweeping Pedagang CIREBON - Tempe dan tahu menghilang di sejumlah pasar Kota Cirebon. Para pedagang tahu-tempe pun tidak berjualan makanan yang menjadi menu sehari-hari masyarakat itu. Ketua Ikatan Pedagang Pasar (IPP) Kanoman Nuri Suyanto mengatakan, para produsen sudah berkoordinasi dengan pedagang pasar agar tidak menjual tempe dan tahu selama empat hari. Hal ini dilakukan sebagai aksi protes kenaikan harga kedelai impor. \"Pengaruhnya gede. Nggak ada pedagang tempe, pasar jadi keliatan sepi. Tadi juga banyak para pembeli yang nanyain tahu-tempe,\" ucap Nuri kepada Radar, Senin (9/9). Sebagai gantinya, kata Nuri, beberapa pedagang menjual bungkil dage. Berbeda dengan tempe dan tahu yang berbahan kacang kedelai, bungkil dage terbuat dari bahan kacang tanah. Meski demikian, makanan ini masih belum banyak diminati masyarakat. \"Ya rasanya beda dengan tempe, kalau bungkil sih masih gak dilarang dijual,\" kata Nuri. Namun demikian, dengan tidak adanya tempe dan tahu, justru membuat harga bungkil dage ini juga ikut naik. Jika sebelumnya harganya Rp3.500 per potong, kini bisa mencapai Rp4.000 hingga Rp5.000/potong. Sementara itu, Asep, salah satu pedagang sembako di Pasar Jagasatru mengatakan, harga kacang kedelai dijual bervariasi oleh para pedagang. Mereka ada yang menjual dari harga Rp10.000 hingga mencapai Rp11.000/kg. Meski demikian, kondisi stok kacang kedelai saat ini masih banyak. Justru dengan mogoknya para perajin tempe dan tahu, penjualan kacang kedelai menjadi menurun. Dikatakan Asep, para pedagang memasang harga tinggi untuk menjaga sewaktu-waktu dolar kembali turun. Selain itu, harga stok kedelai di para agen masih tinggi, sekitar Rp9.500-Rp9.700. \"Kalau saya sih masih menjual Rp10 ribu per kilo, tapi pedagang lain sudah ada yang berani jual Rp11 ribu per kilo,\" kata Asep. PEDAGANG SWEEPING KE PASAR Untuk memastikan solidaritas terjaga, puluhan perajin tempe melakukan aksi penyisiran (sweeping) ke pasar-pasar di Kota Cirebon, Senin (9/9). Koordinator perajin tempe Kota Cirebon Muhamad Bejo mengatakan, rencana aksi damai ke gedung DPRD Kota Cirebon, terpaksa ditunda. Pasalnya, para wakil rakyat itu sedang berada di Jakarta. Karena tidak dapat bertemu dengan anggota dewan, para perajin tempe melakukan aksi lanjutan ke pasar-pasar. Mereka melakukan penyisiran pedagang tahu dan tempe di setiap sudut pasar yang dikunjungi. Penyisiran (sweeping), akan terus dilakukan sampai Rabu (11/9) besok. “Kami ingin memastikan mereka (para pedagang di pasar, red) komitmen dengan kesepakatan tertulis yang dibuat,” terangnya. Perajin telah memulai aksi mogok produksi tempe sejak Sabtu (7/9) hingga Senin (9/9). Selanjutnya, mulai Senin sampai Rabu, pedagang tidak boleh berjualan tempe dan tahu di pasar. Tidak hanya perajin, para pedagang tahu tempe telah membuat kesepakatan hitam di atas putih. Poin utama dalam perjanjian tersebut, mereka tidak akan berproduksi dan berjualan hingga waktu yang ditentukan. Bejo memastikan, puluhan perajin tempe akan menyita barang dagangan pedagang jika terbukti masih menjual tahu maupun tempe pada hari Senin-Rabu. “Kami dari asosiasi pedagang tempe hanya 50 orang yang sweeping. Kalau seluruhnya, pasar bisa membeludak,” beber Bejo. Puluhan perajin dan pedagang tempe itu menggunakan kaos berwarna putih bertuliskan “Solidaritas Mogok Penjual Tahu Tempe” saat melakukan penyisiran di pasar-pasar. Tulisan itu bukan tanpa tujuan, tetapi untuk menghindari penyusup dan orang yang tidak bertanggung jawab masuk barisan. Bejo khawatir, ada pihak lain yang memanfaatkan aksi mereka dengan bertindak anarkistis. Langkah penghentian produksi dan berjualan tahu tempe, dilakukan secara nasional. Pedagang dan perajin khususnya, berharap agar pemerintah memberikan perhatian dengan menyalurkan subsidi bagi kacang kedelai impor dari Amerika Serikat. Sampai Senin (9/9), harga kacang kedelai yang menjadi bahan baku utama tempe, masih melambung tinggi. “Kami berharap, aksi ini mendapatkan atensi dari pemerintah pusat,” tukasnya. Untuk tingkat Kota Cirebon, para perajin dan pedagang akan mendatangi Balai Kota Cirebon. Tujuannya, menemui wali kota dan meminta kebijakan pengaturan kacang kedelai di Kota Cirebon. (jml/ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait