Teknologi Sekuriti Museum Nasional Jadul

Sabtu 14-09-2013,08:10 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Gampang Dibobol Siswa Tingkat SMK Elektro JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyorot kasus pembobolan lempengan emas purbakala koleksi Museum Nasional. Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, teknologi sekuriti di museum \"Gajah\" itu belum mutakhir. Gampang dibobol, bahkan oleh siswa tingkatan SMK elektro. Ditemui di ruang kerjanya kemarin, Nuh membeberkan detail sistem sekuriti di museum yang lokasinya sejengkal dari Istana Negara itu. \"Saya pagi tadi (kemarin, red) mengecek langsung ke lokasi kejadian,\" kata guru besar teknik elektro ITS Surabaya itu. Nuh menceritakan, bahwa lokasi kejadian pencurian empat lempengan emas bernilai tinggi itu terjadi di lantai dua meseum. Di sebuah ruangan khusus, dipajang sejumlah koleksi emas purbakala yang dipajang di semacam lemari kaca. Keempat lempengan emas yang raib ini tersimpan dalam satu unit lemari kaca. Nah, di setiap lemari kaca itu, Nuh mengatakan, sudah dilengkapi sejenis mesin detektor kecil. Cara kerja detektor itu adalah mendeteksi semua gerakan atau getaran yang terjadi di lemari kaca penyimpanan koleksi purbakala. \"Jika kaca dibuka paksa atau dicongkel, detektor itu berbunyi dan mengirim sinyal ke pemantau keamanan utama,\" tandasnya. Kelebihan lainnya adalah, jika detektor itu berbunyi maka pintu utama ruang penyimpanan koleksi artefak emas tadi menutup otomatis. Sehingga pencurinya bisa terjebak di dalam ruangan. Tetapi anehnya saat terjadi pencurian artefak itu alat detektor ini tidak berfungsi. Ada dua kemungkinan. Pertama adalah mesin detektor itu sudah tidak berfungsi karena rusak atau kurang perawatan. Kedua mesin detektor itu \"dijinakkan\" oleh si maling. \"Bagi teman-teman di teknik elektro, istilah populernya di-jamming (dibuat macet, red),\" ujarnya. Teknik jamming itu adalah mengacak sinyal yang diterima detektor itu dengan alat khusus. Setelah sinyal detektor tadi berhasil dikacaukan atau di jamming, maka tidak berfungsi lagi. Nuh mengatakan, teknik jamming ini juga bisa dipakai untuk merusak atau mengacaukan pemancaran gelombang radio. Dengan kejadian ini, Nuh mengatakan, teknologi sekuriti di museum-museum harus di-upgrade. Kebetulan saat ini Kemendikbud sedang menyusun RKA-KL tahun anggaran 2014. Dengan peremajaan teknologi perangkat sekuriti itu, Nuh mengatakan, tidak bisa diakali dengan mudah. Selain faktor teknologi sekuriti yang sudah tua, Nuh mengatakan, sumber daya keamanan di Museum Nasional juga akan diperbaiki. Saat ini petugas keamanan di museum itu adalah outsourcing. Dia mengakui, mempekerjakan pegawai outsourcing untuk menjaga keamanan museum sangat berisiko. Sebab sistem tenaga alih daya seperti ini gampang berganti-ganti orangnya. Maka potensi pembocoran sistem keamanan museum semakin besar. \"Kami akan angkat pegawai keamanan tetap,\" ujarnya. Khusus untuk petugas keamanan ini, Nuh mengatakan, mendapatkan perhatian penting dari aparat penyidik kepolisian. Kepala atau koordinator keamanan kini menjalani interograsi oleh penyidik. Sebab Nuh mengatakan, ada protap yang diduga dilanggar. Yakni harus ada penjaga yang berjaga di tangga naik menuju lantai dua ruang penyimpanan artefak emas. \"Sekarang kan barangnya sudah hilang. Jadi selain mengusut pelakunya, kami juga mengejar barangnya,\" kata mantan Menkominfo itu. Nuh mengatakan, banyak kasus pencurian barang-barang koleksi museum langka yang akhirnya bisa ditemukan. Dia membagi ada dua titik untuk menelusuri artefak yang hilang itu. Yakni di tempat-tempat pelelangan benda-benda bersejarah di dalam maupun luar negeri. Nuh mengatakan, sudah mengirim informasi nama-nama artefak yang hilang komplit dengan gambar dan spesifikasinya ke sejumlah rumah lelang. Diharapkan pengelola rumah lelang melapor jika menerima barang-barang identik dengan yang hilang di Museum Nasional. Titik kedua adalah menyebar informasi ini ke komunitas-komunitas kolektor benda-benda bersejarah. Dia mengatakan, setiap ada barang baru, entah itu barang curian atau resmi, akan menjadi pergunjingan di kalangan pencinta benda-benda bersejarah. Dengan skema ini, Nuh berharap, ruang gerak pencuri artefak bisa semakin sempit. \"Memang ada potensi barang itu disimpan. Tetapi sampai kapan akan disimpan, apakah tidak ingin mengkonversi menjadi uang,\" katanya. Nuh juga menuturkan, pencuri tidak akan menjual lempengan emas itu dalam bentuk leburan, karena nilanya kecil jika sudah dilebur menjadi emas batangan. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Kacung Marijan mengakui, jika secara materil harga lempengan emas yang dicuri itu rendah. \"Kadar emasnya saja sekitar 18 karat. Selain itu ada lempengan yang bercampur dengan perak,\" kata dia. Kacung memperkuat peluang bahwa benda-benda curian tadi akan dijual dalam kondisi utuh ke pasar-pasar kolektor benda-benda purbakala. Seperti diberitakan Radar Cirebon kemarin, Museum Nasional telah kebobolan empat lempengan emas peninggalan Zaman Airlangga. Keempat lempengan itu adalah lempeng naga mendekam berinskripsi (5,6 cm x 5 cm), lempeng bulan sabit beraksara (8 cm x 5,5 cm), wadah bertutup/cepuk (6,5 cm x 6,5 cm), dan lempeng harihara (10,5 cm x 5,5 cm). (wan)

Tags :
Kategori :

Terkait