JAKARTA- Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan komunikasi politik Presiden sangat penting dan diperlukan. Namun, hal itu tidak dapat dijalankan hanya dengan mengarang lagu hingga menulis buku tebal.
“Tentu saja, komunikasi politik seorang Presiden tidak bisa dilakukan dengan mengarang lagu atau menulis buku tebal. Namun, harus dilakukan proporsional, efektif dan menyentuh hal-hal yang bersifat strategis,” kata Hasto di Jakarta, Selasa (26/10).
Hal itu disampaikan menanggapi perlu tidaknya Presiden Jokowi memiliki juru bicara alias jubir. “Ada atau tidak jubir Presiden merupakan bagian dari ranah kebijakan Presiden,” imbuhnya.
Apabila Jokowi nantinya menentukan tetap ada jubir, maka PDIP berharap sosok yang mengisi jabatan tersebut paham akan suasana kebatinan Jokowi. “Sekiranya Presiden mengangkat jubir, maka jubir tersebut harus benar-benar memahami keseluruhan suasana kebatinan Presiden,” katanya.
“Sehingga mampu memberikan penjelasan ke publik tentang hal ihwal keputusan strategis Presiden maupun mengungkapkan berbagai hal terkait kebijakan Presiden terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara,” lanjut Hasto.
Namun, apabila Jokowi tidak mengangkat seorang jubir, para menteri di kabinet dapat menjadi jubir di bidang masing-masing. Para menteri diyakini memahami program pemerintah.
Nah, menanggapi pernyataan Hasto tersebut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno meyakini ada sindiran yang ditujukan kepada Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Adi mencatat sudah tiga kali Hasto menyerang SBY.
“Kalau saya hitung ini sudah hat-trick Hasto serang dan sindir SBY. Pertama, 2009, pemilu penuh kecurangan, mobilisasi birokrasi, ASN, dan lainnya. Kedua, zaman Jokowi lebih maju karena masif bangun infrastruktur dan tak banyak rapat yang tak hasilkan keputusan, seperti zaman SBY,” terang Adi.
“Kemudian yang ketiga soal sindiran komunikasi politik tak pakai lagu. Jelas itu alamatnya ke SBY yang kerap menyampaikan pesan politik melalui lagu dan puisi,” lanjut Adi di Jakarta, Selasa (26/10).
Dia menyakini sindiran Hasto pada SBY tidak kebetulan. Namun, dilakukan dengan sistematis. Ada dua faktor yang membuat Hasto menyerang dan menyindir SBY belakangan ini.
“Pertama, Hasto ingin menunjukkan ke semua orang, Jokowi sebagai kader PDIP adalah presiden terbaik ketimbang SBY. Kedua, mungkin juga selama berkuasa, SBY sering menafikan apa yang dilakukan Megawati sebagai presiden sebelumnya. Bahkan, mungkin juga PDIP merasa dirugikan dan dizalimi oleh kebijakan-kebijakan selama era SBY. Setidaknya itu yang ditangkap publik,” terang Adi.
Publik, lanjutnya, tidak perlu kaget akan serangan dan sindiran kepada SBY. Menurutnya, begitulah realitas politik di Indonesia. “Saling sindir dan saling menafikan. Mungkin ini tanda-tanda pemilu sudah dekat.
Perseteruan politik ini menarik biar rakyat terang benderang melihat siapa yang sebenarnya bekerja dan pencitraan,” tutupnya.
Pekan lalu, Hasto menegaskan model kepemimpinan Presiden Jokowi berbeda dengan SBY. Selama memerintah 10 tahun, tepatnya 2004 hingga 2014, SBY disebut lebih banyak mengadakan rapat dan tak mengambil keputusan.
“Berbagai apresiasi sudah ditunjukkan oleh Presiden Jokowi. Kita sebagai partai pengusung ikut bangga. Bagaimana Pak Jokowi yang turun ke bawah, melihat akar persoalan pokok dari Covid-19. Kemudian mencari solusi menyeluruh dimulai dari refocusing anggaran, kebijakan yang menyeimbangkan antara pembatasan sosial dan pertumbuhan ekonomi serta terdepan dalam pengadaan vaksin,” ujar Sekjen DPP Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Kamis (21/10).