DIREKTORAT Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam akan mengevaluasi pelaksanaan Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang telah berjalan sejak 2005. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, PBSB perlu dievaluasi agar afirmasi bagi para santri untuk mengakses jenjang pendidikan tinggi berkualitas ini semakin baik.
Menurutnya, PBSB tidak sekadar menjadikan santri kuat pada dirinya, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menyebarkan maslahat dan manfaat bagi lingkungannya.
“Kita perlu merancang skema untuk menghadirkan model pendidikan yang tersistematis dan lebih mengena bagi mereka agar semakin berdaya, menjadi insan-insan yang unggul dalam menghadapi kehidupan yang lebih luas. Mereka adalah santri-santri yang luar biasa yang perlu kita antar menjadi kader-kader bangsa yang bermartabat,” kata Dhani, Senin (22/11/2021)
Sejarah mencatat, bahwa santri senantiasa berada di barisan utama dalam mengawal setiap jejak bangsa ini. Kalangan santri kerap tampil menjadi pemimpin dalam kelompok-kelompok masyarakat, baik secara informal maupun formal. Begitupun dalam struktur kenegaraan, santri terbukti mampu mengisi posisi-posisi kepemimpinan dari pusat hingga daerah.
“Mereka adalah orang-orang yang tampil dalam setiap dinamika, bukan insan-insan yang berada di pojok-pojok peradaban atau di sudut-sudut kemajuan, melainkan senantiasa berada pada poros pembangunan peradaban bangsa dengan bingkainya rahmatan lil’alamin,” tuturnya.
Dhani berharap perguruan tinggi yang menjadi mitra PBSB dapat menambah kuota penerimaan mahasiswa jalur PBSB, terutama pada program studi futuristik dan unggulan. Hal ini demi mempersiapkan para santri agar siap menghadapi setiap tantangan ke depan.
“Kita berkeinginan menempatkan mereka pada ruang-ruang yang lebih strategis lagi. Kami harap Bapak-Ibu dapat menambah kuota pada prodi-prodi futuristik yang memang menjadi mainstream kekuatan ilmu yang dimiliki masing-masing perguruan tinggi. Bagaimanapun, mereka adalah pemimpin-pemimpin masa depan bangsa yang menjadi harapan kita bersama,” paparnya.
Tentu saja, lanjut kang Dhani, bbidang studi yang menjadi ‘core’ utama kalangan santri tidak boleh ditinggalkan. Misalnya, jurusan teologi atau ushuluddin. “Saya sepakat harus ada santri yang mendalami program studi tersebut, dan sebagian harus mulai masuk ke studi-studi yang memang saat ini menjadi poros dan pengantar kemajuan bangsa,” terangnya.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur menyampaikan, evaluasi PBSB digelar untuk membangun sinergi bersama dengan pengelola PBSB di Perguruan Tinggi. Evaluasi juga untuk mencari konsep dan solusi atas masalah yang mungkin muncul.
“Kami harap banyak masukan terkait pengelolaan PBSB, salah satunya soal manajerial mahasiswa santri yang terintegrasi dengan pesantren. Karena di sebagian kampus, mahasantri PBSB diarahkan untuk sekaligus mondok di pesantren terdekat selama menempuh masa perkuliahan. Ini salah satu pola yang diterapkan untuk menjaga karakter kesantrian dan memperkuat pemahaman moderasi beragamanya,” tutur Waryono. (der/fin)