Investasi Paguat

Rabu 15-12-2021,08:00 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Bagi sekitar 2.000 orang korban FX masih harus berjuang. Investasi FX Family ini dimulai sejak 2020. Tapi menjadi top sejak Februari tahun ini. Yakni ketika mereka mulai benar-benar mendapat 27 persen sebulan itu.

Mereka mulai panik ketika Polda Gorontalo mengeluarkan seruan: waspada investasi yang menjanjikan bunga terlalu tinggi.

Sebagian dari mereka berharap agar pemilik FX tidak dipenjara. Yang lebih penting uang mereka kembali.

Aneka investasi sekarang ini memang luar biasa. Banyak namanya. Banyak jenisnya. Banyak caranya.

Ada crypto, ada currency, ada robot, ada robot forex, ada best profit. Terlalu panjang menyebutnya di sini.

Ketika saya di Jakarta pekan lalu pun sejumlah pengusaha muda merasa menjadi korban sejenis itu. Mereka menemui saya. Sekitar 30 orang. Sampai resto Yongdaeri penuh. Terutama penuh keluh kesah: uang investasi mereka tidak kembali. Ada yang sampai Rp 2,5 miliar.

Kalau dijumlah, dari yang curhat hari itu saja: Rp 40 miliar lebih. Mereka memang pengusaha muda: yang cowok ganteng-ganteng. Yang cewek cantik-cantik. Tapi mereka sama: merasa teperdaya.

Awalnya mereka menjadi murid seorang motivator muda yang ngetop. Sang motivator membuat kelas bisnis. Menarik. Setahun tiga atau empat kali.

Satu kelas isinya 40 orang. Bayarnya Rp 40 juta/orang —untuk satu seri pertemuan. Di akhir seri mereka tur bersama ke luar negeri.

Saat jadi murid itulah sang motivator mengajak investasi crypto. Dengan imbal margin yang menggiurkan. Agar dapat harga murah mereka harus membeli paket yang Rp 15 miliar.

Mereka bisa membeli bersama: satu paket Rp 15 miliar. Siapa investasi membayar berapa. Dari mereka terkumpul Rp 15 miliar.

Dibelilah paket itu. Atas nama sang motivator. Memang ketika kirim uang, mereka mengirimkannya ke nama pribadi motivator. Mereka hanya mendapat tanda terima lewat handphone.

Lalu ada tawaran lagi investasi serupa. Dengan objek baru: beli kapal. Paketnya lebih besar lagi.

Mereka tertarik dua hal: yang menawari investasi itu adalah guru mereka. Kedua, janji hasilnya sangat menggiurkan.

Janji itu tidak terwujud. Mereka merasa teperdaya. Ada yang mengadu ke polisi. Ada yang diam saja.

Mengapa mereka curhat ke saya?

Tags :
Kategori :

Terkait