Rita Bantah Paksa Kades Jambugeulis

Selasa 08-10-2013,15:30 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KUNINGAN - Munculnya pernyataan Kades Jambugeulis, Kecamatan Cigandamekar, Sarifin, yang mencabut kesaksiannya di MK (Mahkamah Konstitusi) membuat mantan Kades Setianegara, Rita Heryati angkat bicara. Selaku relawan Rochmat yang disebut-sebut namanya oleh Sarifin, Rita membeberkan kronologis sebenarnya. Dalam jumpa pers yang digelar di kantor DPD Partai Golkar Kuningan, kemarin (7/10), Rita menceritakan tahapan-tahapan sebelum pemberangkatan ke Jakarta. Diawali dengan adanya jalinan komunikasi satu pekan sebelum berangkat antara dirinya dengan Sarifin. Bahkan pascapleno KPU Jumat (20/9), Sarifin menandatangani formulir yang berisi biodata. Selain itu ada daftar isian kesaksian sesuai fakta di lapangan yang dialaminya. “Pernyataannya ditandatangani di atas materai dengan dilampiri pula fotokopi KTP. Waktu itu beliau berkata tidak takut demi kebenaran dan keadilan. Beliau yang bilang begitu loh,” tutur Rita. Selang sepekan kemudian, ketika sidang MK sudah terjadwal Jumat (4/10), Kamis (3/10) sore sekitar pukul 17.00 dirinya menelpon Sarifin. Ia mengatakan, para calon saksi akan berangkat malam itu, sehingga meminta Sarifin untuk bersiap-siap. “Beliau bilang, kok mendadak, isi dompet saya lagi kosong. Lalu saya jawab, masalah itu tidak usah khawatir karena sudah difasilitasi oleh tim. Kemudian beliau menyatakan siap berangkat, meminta untuk dijemput pukul 8 malam. Tapi saking antusiasnya, jam 7 malam pun sudah menelpon ingin segera dijemput,” ceritanya. Saat itu, lanjut Rita, kades Jambugeulis mengaku, tidak akan memberitahu keluarga hendak berangkat menjadi saksi MK ke Jakarta. Alasannya tahu betul jika sebagian besar keluarganya bukan pendukung paslon Rochmat. Sehingga jika saat itu terbuka, maka keberangkatannya kemungkinan mendapat pencegahan. “Dari situ kan bisa disimpulkan apakah saya menjebak atau tidak? Malah beliau yang bilang sendiri itung-itung refreshing ke ibu kota, masa di lembur saja. Jadi bukan saya yang membohongi atau menjebak Pak Sarifin,” ungkapnya. Waktu dijemput, Sarifin juga bertanya akan kumpul di mana. Rita memberikan jawaban di posko Ayong karena pemberangkatan bersama-sama dengan para saksi lain. Di posko Ayong pun ada pemberian motivasi agar tidak nervous dalam memberikan kesaksian. Sarifin kemudian menegaskan kesiapannya kembali demi kebenaran dan keadilan. Namun pihaknya merasa aneh ketika Sarifin pulang Sabtu (5/10) dini hari. Sabtu sorenya Sarifin menghubungi Rita dengan menceritakan kegawatannya karena mendapatkan tekanan luar biasa dari pihak keluarganya. Beberapa keluarganya merupakan orang yang punya jabatan sebagai kepala sekolah. “Beliau juga mengatakan, camat Cigandamekar datang dan marah habis-habisan. Pak Sarifin melanjutkan, semuanya itu sebetulnya tidak masalah. Tapi yang besar itu tekanan dari keluarga. Masa depan anaknya yang nanti tidak akan diloloskan PNS, kemudian jabatannya juga selaku kades akan diberhentikan,” tutur Rita. Atas pertimbangan tersebut, Sarifin meminta izin kepada Rita untuk tidak berangkat lagi jadi saksi. Sarifin mempersilakan yang lain dulu untuk menjadi saksi. Lantas Rita menjelaskan, bahwa Sarifin tidak akan berangkat lagi mengingat tidak ada pemanggilan saksi dua kali. “Nah dari kronologis itu saya kira Pak Sarifin dalam kondisi down mental. Bahkan informasi dari Kades Koreak (desa tetangga, red) yang sempat berkomunikasi via telpon, kades Jambugeulis mengeluh kepadanya karena dipaksa oleh Pak Rakim Sungkar untuk menandatangani surat pencabutan kesaksian. Diceritakan pula kedatangan camat Cigandamekar dan tekanan keluarganya,” tukas perempuan berkerudung tersebut. (ded)  

Tags :
Kategori :

Terkait