KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) menetapkan kuota impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi di 2022 sebesar 3,4 juta ton. Jumlah tersebut naik 200 ribu ton dari kuota yang ditetapkan sebelumnya.
Menanggapi naiknya kuota impor gula mentah itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi menilai, peningkatan kuota impor bahan baku gula rafinasi ini sangat bertentangan dengan semangat Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun ketahanan pangan.
“Meningkatnya impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi ini merupakan antitesa dari semangat Presiden Jokowi untuk mengurangi impor bahan baku industri dengan tujuan penguatan petani tebu Indonesia,” kata Bambang, Senin 10 Januari 2022.
Di sisi lain, Bambang melihat, jika kuota impor gula mentah terus meningkat setiap tahun tentu saja akan membuat para petani tebu patah semangat. Sebab, mereka harus bersaing dengan barang impor.
“Membanjirnya impor gula mentah untuk bahan baku Industri gula, menjadi salah satu faktor menurunnya semangat petani tebu,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Bambang, DPR akan meminta penjelasan dari Kemenperin atas peningkatan kuota impor gula mentah bahan baku gula rafinasi tersebut.
“Kami meyakini bahwa Presiden Jokowi sangat concern (perhatian) terhadap penggunaan bahan baku dalam negeri, dan beliau ingin industri gula kedepan akan dipasok oleh petani tebu Indonesia sendiri,” pungkasnya. (fin)
BACA JUGA:
· Radar Cirebon Group Webinar dengan Menko Luhut dan Dahlan Iskan, Ini yang Dibahas
· Awalnya Di-bully, Luhut Paparkan Kawasan Industri Kaltara dan Transformasi Ekonomi, Ternyata…