Ini Alasan Kenapa Prof Quraish Shihab Tidak Mau Disebut Habib

Rabu 26-01-2022,11:40 WIB
Reporter : Iing Casdirin
Editor : Iing Casdirin

PROFFESOR HM Quraish Shihab tidak mau dirinya disebut habib. Salah satu cendekiawan muslim Indonesia itu menjelaskan alasan dirinya enggan disapa habib, kendati masih memiliki jalur keturunan kepada Nabi Muhammad saw.

Dengan rendah hati,  dia mengatakan bahwa dirinya merasa belum memiliki teladan akhlak yang diajarkan oleh Baginda Nabi sehingga belum pantas untuk dipanggil habib.

“Saya sendiri diajarkan oleh ayah, ‘Tidak usah kamu yang berkata dirimu habib. Tidak usah kamu yang mengatakan dirimu, ‘Saya profesor, saya doktor.’ Biar dari kegiatanmu orang berkata, oh ini wajar dinamai habib. Ini wajar jadi profesor,” terangnya dalam bincang santai dengan putrinya, Najwa Shihab, di kanal YouTube Najwa Shihab.

Lebih lanjut, alumnus Pesantren Darul Hadis Al-Faqihiyah Malang, Jawa Timur itu menegaskan, memiliki jalur nasab mulia ke Nabi Muhammad seharusnya menjadi cermin bagi diri agar berperilaku sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi.

“Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” katanya.

Penulis Tafsir Al-Misbah itu menyayangkan dengan sebagian orang yang mengaku sebagai habib, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Dengan demikian Prof Quraish menilai jika demikian justru akan menodai citra keturunan Nabi sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur. “Apa yang terjadi sekarang itu, sebagian kecil orang bisa membuat citra yang negatif. Kemudian disambut oleh yang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadi apa yang dinamakan ribut-ribut itu,” ucap Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) itu.

2

Alasan lain Prof Quraish enggan dipanggil ‘habib’ karena merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya. Sementara dalam pandangannya, seorang yang ‘layak’ dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.

“Kalau cuma mau dicintai, (tapi) tidak mau mencintai, ya bukan habib itu dong,\" ujar Prof Quraish.

Prof Quraish berpendapat bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang akan memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi. Demikian juga bagi seorang habib. Karena telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.

\"Kalau kewajiban itu tidak terpenuhi, maka garis keturunan yang dimilikinya tidak akan ada artinya,\" tegasnya.

Terkait hal ini, Prof Quraish mengisahkan kisah putra Nabi Nuh yang bernama Kan\'an. Sebagai putra seorang nabi, seharusnya Kan\'an mencerminkan akhlak seperti orang tuanya. Tapi kenyataan berkata lain karena putra Nuh itu justru tidak mau beriman kepada Allah sehingga memperoleh siksa.

\"Jadi, boleh berbangga, boleh merasa bersyukur, mempunyai garis keturunan kepada Nabi, tapi jangan tonjolkan itu. Tonjolkanlah akhlakmu, tonjolkanlah kebaikanmu, tonjolkanlah keramah-tamahanmu,\" tegas Prof Quraish. (ing)

Tags :
Kategori :

Terkait