MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan subvarian Omicron atau turunan varian Omicron dengan nama BA.2 sudah ditemukan di Indonesia dengan total 10 kasus.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan data sampai 25 Januari 2022 menunjukkan bahwa dari 372.680 sampel sekuen yang dimasukkan ke GISAID dari berbagai negara di dunia berdasar spesimen yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir.
Maka, 332.155 (89,1 persen) adalah varian Omicron yang memang paling banyak dari yang dimasukkan ke GISAID.
Lalu disusul oleh sejumlah varian. Yaitu varian Delta, 39.804 sampel sekuen (10,7 persen), varian Gama 28 (<0,1persen), varian Alfa 4 (<0,1 persen), varian lain yaitu Mu dan Lambda yang tergolong dalam VOI sebanyak 2 sekuen (<0,1 persen).
BACA JUGA:
Berhasil Cegat Debt Collector, Pak Polisi Terluka Sempat Jatuh dari Mobi
“Sekarang sedang banyak dibicarakan tentang BA.2, salah satu jenis varian Omicron,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (28/1).
Varian Omicron memang meliputi jenis B.1.1.529, BA.1, BA.2 dan BA.3. Data GISAID pada 25 Januari 2022 menunjukkan 98,8 persen di antara data yang ada yakni terdapat subvarian BA.1. Sementara jumlah negara yang melaporkan BA.2 juga terus makin meningkat.
Subvarian menipu
Menurut Prof Tjandra Yoga, BA.2 dikenal sebagai ‘stealth Omicron’ atau Omicron yang ‘menipu’. Khususnya karena adanya delesi fenomena pada pemeriksaam metode ‘S gene target failure–SGTF’. Sehingga subvarian ini dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak di Indonesia.
Berita Berlanjut di Halaman Berikutnya
BACA JUGA:
- Tegas! Kapolda Jabar: Lebih Baik Kita Dicopot Tapi Berbuat untuk Kehormatan Polri
- Naik Patung Macan Lodaya, Anggota GMBI Ini Nangis Kejer saat Ditangkap
- Fauzan Ketum GMBI Minta Maaf atas Demo di Polda Jabar, Sebut Keributan karena Spontanitas