Dua Opsi Pemerintah Atasi Kedelai Mahal

Minggu 27-02-2022,17:30 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Radarcirebon.com-KONDISI kenaikan harga kedelai di pasar mengakibatkan industri tahu-tempe-kecap merana. Pasalnya, kenaikan itu dinilai sudah tidak wajar, karena menyentuh angka di atas Rp11.000 dan hampir menyentuh Rp12.000/kg.

Anggota Komisi IV DPR RI, Dr Ir H E Herman Khaeron MSi menanggapi kondisi itu. Pria yang akrab disapa Hero ini mengatakan, kondisi saat ini memungkinkan pemerintah untuk mengambil beberapa opsi. Terlebih dengan adanya keperluan kedelai dari China yang dinilai terlalu tinggi.

“Kedelai tergantung harga internasional. Kalau masih impor 90 persen dan tergantung kepada Brazil, Argentina, dan Amerika Serikat, kita sulit. Apalagi ada revitalisasi babi 5 miliar di China. Produksi kedelai turun, tapi deman meningkat,” kata pria yang akrab disapa Hero itu, Sabtu (26/2).

Untuk itulah, Hero menyarankan untuk pemerintah kembali menggalakkan program upaya khusus (Upsus) swasembada padi, jagung kedelai (Pajale) yang sempat beberapa waktu lalu dilakukan pemerintah. Sehingga, produksi lokal kembali meningkat.

BACA JUGA:

“Kalau dulu ada Upsus Pajale, sekarang tidak terdengar lagi. Itu harus digalakkan. Idealnya mau stabil, kita harus swasembada. Saya rasa juga bisa, karena tanah dan iklim subtropik kita bisa dimanfaatkan,” ungkapnya.

Sehingga, Indonesia dinilai harus kembali kepada kemampuannya untuk memproduksi kedelai. Apalagi, produksi kedelai lokal dinilai lebih baik daripada kedelai impor. Hal itu karena Indonesia tidak menggunakan bijih Genetically Modified Organism (GMO).

2

“Meski produksi luar negeri bisa 3 ton, tapi Indonesia hanya 2 ton. Saya rasa tidak ada masalah. Harus swasembda kalau mau harga stabil,” tegasnya.

Berita berlanjut di halaman berikutnya:

BACA JUGA:

Tags :
Kategori :

Terkait