Dari Akad Nikah Elang Raja Luqman Zulkaedin dan Ratih Marlina

Selasa 12-11-2013,09:23 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Uang koin 3 Dinar dan 14 gram emas sebagai tanda mahar yang diberikan Luqman kepada Ratih saat akad nikah. Konon, pernikahan Luqman dan Ratih adalah pernikahan kesultanan pertama yang kembali menggunakan dinar sebagai mahar.   Mike Dwi Setiawati, Cirebon   MASJID Agung Sang Cipta Rasa adalah saksi bisu pernikahan sakral Elang Raja Luqman Zulkaedin dan Ratih Marlina. Tepat pukul 09.30 WIB, janji suci itu diucapkan. Wajah Luqman terlihat lebih santai dan tenang. Terbukti, saat putra mahkota Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat SE dan RAS Isye Natadiningrat itu dengan tegas dan lugas mengucapkan ijab qobul di hadapan wali dan para saksi akad nikah, Senin (11/11). Sebelum mengucapkan ijab qobul, Luqman dan rombongan pengantin berangkat dari Jinem Pangrawitan Keraton Kasepuhan dengan diiringi para prajurit. Tiba di depan pintu masjid, Luqman disambut rombongan pengantin wanita dan Hj Rita Hermawati BSc, ibunda Ratih Marlina, mengalungkan melati. Setelah itu, rombongan pengantin pria menuju ruangan induk Masjid Agung Sang Cipta Rasa untuk melakukan prosesi akad nikah. Prosesi dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Ustad Affandi, khutbah nikah oleh KH DR Ahsin Sakho Muhammad dan wali nikah H Chaidir Chalid (Alm) diwakilkan Richard Chaidir, kakak kandung Ratih Marlina. Saat pengucapan ijab qabul, Luqman tidak didampingi Ratih Marlina. Usai ijab qobul dibacakan dan dinyatakan sah oleh para saksi, Ratih baru memasuki ruangan akad nikah dan sungkem kepada Luqman, istilahnya tradisi \'Temon\'. Kedua mempelai terlihat sumringah dengan wajah yang berseri-seri usai prosesi \'menegangkan\' terlalui. Setelah itu, Luqman menyerahkan mas kawin berupa seperangkat alat salat, uang koin 3 dinar, dan 14 gram emas. Prosesi dilanjutkan dengan penandatanganan dokumen dan rombongan pengantin kembali menuju Bangsal Prabayaksa untuk melakukan adat pernikahan. Bak raja dan ratu, Luqman dengan gagah menggunakan pakaian adat khas keraton dengan tanda bunga di blangkon sebelah kiri, dan mahkota sebagai tanda pakaian khas keraton yang digunakan Ratih Marlina. Lambaian tangan dan senyuman bahagia tidak henti-hentinya ditunjukkan kedua mempelai sepanjang jalan menuju Bangsal Prabayaksa. Tradisi pernikahan putra keraton ini seperti melihat miniatur kirab, karena rombongan kembali diiringi para prajurit dan pasukan sebagai adat khas keraton. Setibanya di Bangsal Prabayaksa, acara dilanjutkan dengan adat pernikahan yang menggunakan Bahasa Cirebon dan Bahasa Indonesia. Kedua mempelai pertama-tama sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Lalu melakoni prosesi adat injek tigan, banting kendi tutupe tigan dan adep-adep sekul. Ditemui usai acara, Luqman dan Ratih bersedia menceritakan perasaan mereka setelah menjadi pasangan suami istri. \"Alhamdulillah, acara akad nikah berjalan lancar dan sesuai jadwal. Lega rasanya,\" ungkap Luqman didampingi sang istri, Ratih. Tak hanya Luqman, Ratih pun merasa lega bisa melewati seluruh prosesi akad nikah. Namun, ada satu hal yang membuatnya tegang, yakni saat dirinya menunggu detik-detik ijab qobul diucapkan. \"Sambil nunggu, saya selalu berdoa kepada Allah SWT agar Luqman lancar mengucapkan ijab qobul. Bersyukur, Luqman hanya satu kali dan lancar mengucapkannya,\" aku putri Drs H Wawan Setiawandi SE Ak itu. Selain seperangkat alat salat sebagai mas kawin, ada koin uang 3 dinar dan 14 gram emas yang diberikan Luqman untuk Ratih. Ternyata, ada filosofi di balik mas kawin itu. \"Koin uang 3 dinar itu melambangkan rukun iman, Islam, dan ihsan. Sedangkan, 14 gram emas simbol Sultan Sepuh XIV,\" beber Luqman. Pemilihan dinar sebagai mas kawin diakui Luqman untuk mengikuti sunnah Rasul. Dinar tersebut didapatkan dari pendirian baitul mal di keraton yang mencetak koin dinar dan dirham. \"Di era sekarang ini saya ingin kembali menggunakan dinar sebagai salah satu alat tukar yang sesuai syariah Islam,\" paparnya. Ternyata, Luqman romantis bukan saja saat pacaran, ia sengaja tidak memberi tahu Ratih tentang mas kawin yang akan diberikan. Seperti 14 gram emas berwujud gelang yang kini melingkar di lengannya. \"Saya baru tahu pas akad nikah, surprise katanya sih,\" ucap Ratih sambil melirik Luqman sembari tersenyum. Sementara itu, Ketua Umum Jaringan Wirausahawan dan Pengguna Dinar Dirham Nusantara (Jawara), R Abdarrahman Rachadi mengatakan, Kasepuhan Cirebon adalah salah satu kesultanan pertama yang kembali menggunakan dinar sebagai mas kawin. \"Kemegahan royal wedding Pangeran William dan Kate Middelton juga kalah, mereka nggak pake dinar (emas) atau dirham (perak) untuk maskawin,\" ujarnya. Dijelaskan Rachadi, untuk satu dinar jika dirupiahkan senilai Rp2 juta, sedangkan satu dirham Rp70 ribu. \"Dinar dirham bukan mata uang satu negara, tapi mata uang syariah. Ini sebagai sunah nabi dan warisan Sunan Gunung Jati sebagai syiar Islam,\" jelasnya. Pernikahan Luqman dan Ratih juga dihadiri beberapa pejabat penting. Seperti Menkokesra RI HR Agung Laksono selaku saksi pengantin pria dan Kombes Drs Ahmad Diana Putra yang menjadi saksi pengantin wanita. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait