Partisipasi Turun, KPU Genjot Sosialisasi

Kamis 14-11-2013,10:12 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAJALENGKA - Pada setiap agenda pemilihan umum (pemilu), baik itu Pemilu Legislatif (Pileg) 2009, Pemilu Presiden 2009, Pemilu Gubernur (Pilgub) 2013, hingga Pemilu Bupati (Pilbup), tren angka partisipasi pemilih terus menurun. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Majalengka Supriatna SAg menyebutkan, di Kabupaten Majalengka dalam Pileg 2009 lalu angka partisipasi pemilih mencapai 75 persen. Tapi kemudian angka partisipasi pemilih dalam Pilpres 2009 sempat sedikit naik di angka 78 persen, kemudian pada Pilgub 2013 kembali turun di angka 73 persen, dan Pilbup 2013 turun lagi di angka 72 persen. Menurutnya, hal ini dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor yang dinilai paling substansi adalah tidak adanya kepercayaan warga terhadap nama-nama yang muncul dalam daftar caleg tetap (DCT). “Seiring semakin majunya dunia teknologi, mereka semakin mudah mengakses berbagai macam informasi, termasuk bagaimana tokoh yang mereka pilih. Dan itu, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pilihan mereka pada saat Pileg mendatang,” papar dia. Di samping itu, perilaku pemegang mandat rakyat terpilih dalam menjalankan amanatnya cenderung diberitakan di media cetak maupun elektronik. Misalnya yang tersangkut kasus-kasus korupsi maupun yang tidur saat rapat, menjadikan masyarakat malas untuk menyalurkan hak pilihnya dalam pemilu. Atas pertimbangan ini, menghadapi momen Pileg 2014 mendatang, KPU Kabupaten Majalengka lebih mengintensifkan lagi sosialisasi kepada berbagai kalangan. Kali ini, sosialisasi pendidikan pemilu diberikan kepada warga yang berada di daerah perbatasan, yakni Desa Cipasung, Kecamatan Lemahsugih, kemarin (13/11). Di daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Garut, dan Sumedang ini, pemilih yang berdomisili di kawasan ujung Kabupaten Majalengka, diberikan pemahaman mengenai pentingnya menyalurkan suara pada momen-momen pemilu. Hal ini, kata Supriatna, karena pemilu ini merupakan satu-satunya model yang paling ideal bagi negara yang menganut paham demokrasi, untuk menentukan pemimpinnya atau wakil rakyat yang memegang mandat dari rakyat untuk memimpin mereka. “Dan dengan adanya sosialisasi ini, kami berharap dapat mendongkrak angka partisipan pada pileg mendatang. Mereka juga diharapkan akan menjadi pemilih yang cerdas dalam menentukan pilihannya,” lanjut Supriatna. Menurutnya, dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan angka partisipan pada pileg mendatang. “Kami menggelar sosialisasi kepada warga yang berada di daerah perbatasan. Dengan harapan, mereka bisa mendapatkan informasi yang maksimal tentang Pileg 2014 nanti. Sosialisasi serupa juga akan kami gelar di Kecamatan Sumberjaya, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, tanggal 19 November mendatang,” ujarnya. Sementara itu, Soleh seorang warga yang mengikuti sosialisasi ini mengaku bisa menambah wawasan mengenai makna pemilu secara mendalam. Karena menurutnya, selama ini pemilu yang dia pahami baru sebatas makna seremonialnya saja, yakni datang ke TPS, nyolok, lalu pulang. Tapi, setelah mendengar paparan dari KPU dia bisa memahami lebih dalam dari manfaat dilaksanakannya pemilu. Namun, warga merasa kinerja wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu itu masih kurang. Bahkan, di layar televisi warga kerap kali menyaksikan banyak anggota dewan yang tidur waktu rapat, terus bikin keributan di gedung DPR, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya membuat masyarakat yang telah mendudukan para wakil rakyat itu kecewa. Ke depan, warga berharap jika sosok wakil rakyat maupun pemimpin yang akan dipilih mereka harus benar-benar punya kredibilitas, aspiratif, dan punya moral yang baik. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait