Tiga Komandan Koboi Bagi Tip Kepemimpinan

Sabtu 16-11-2013,10:33 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MALANG - Edukasi kepada masyarakat tentang kepemimpinan tidak harus dilakukan dalam forum resmi. Sebuah acara diskusi yang dikemas dalam format serius sekaligus santai dengan narasumber berbobot justru membuat masyarakat antusias dan tidak meninggalkan acara sampai program berakhir. Hal itu terlihat dalam acara Mata Najwa yang berlangsung off air di Kota Malang kemarin. Acara talkshow yang tayang rutin di Metro TV itu berlangsung di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ruang seluas lapangan sepak bola itu dipenuhi penonton. Sekitar delapan ribu pasang mata menyaksikan host acara Najwa Shihab berdiskusi dengan narasumber yang diundang hingga acara berakhir. Dengan pertanyaan kritis, selama satu jam setengah, putri mantan Menteri Agama Quraish Shihab ini berdiskusi dengan tiga narasumber, yakni Menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, dan Wakil Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Mereka membahas gaya kepemimpinan yang paling efektif di era mutakhir. Saat memberikan pengantar, Najwa Shihab mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan tiga narasumber blak-blakan atau apa adanya sehingga layak diberi sebutan komandan koboi. ”Mereka tidak suka birokrasi lambat dan tak suka cari aman,” jelas Najwa. Dahlan diberi kesempatan tampil pertama sebelum masuk ke materi pembahasan. Najwa  menanyakan kebiasaan mantan Dirut PLN ini yang masih rajin bersenam tiap pagi hari. Penonton semakin tertarik dan memberikan tepuk tangan dukungan ketika Najwa menantang Dahlan mempertunjukan kelihaiannya bergoyang senam kepada audiens. Gayung bersambut, tantangan Najwa pun disetujui oleh Dahlan. Lantas, Dahlan meminta panitia memutar lagu Gangnam Style yang saat ini memang lagi populer. Seketika, Dahlan, Najwa, dan ribuan penonton bergoyang ala gangnam style. ”Iya saya setiap pagi pasti olahraga,” kata Dahlan setelah sekitar tiga  menit bersenamria. Setelah itu, dialog dengan Dahlan pun berlangsung. Najwa bertanya kepada mantan CEO Jawa Pos itu, mengapa tidak pernah memakai pin yang biasanya dipakai menteri dalam setiap acara formal. ”Ya beginilah saya. Saya tidak pakai pin karena saat saya jadi menteri begini, tidak jadi menteri ya begini, tidak ada bedanya,” jawab Dahlan. ”Karena saya selalu samakan antara apa yang saya katakan, lakukan, dan pikirkan,” tambah Dahlan saat ditanya gaya kepemimpinan koboinya. Mahfud MD yang naik ke podium pada urutan kedua senada dengan apa yang dikatakan Dahlan. Mahfud menyatakan bahwa selama menjadi pemimpin, dirinya tidak pernah menutupi sesuatu. ”Memang tidak ada sensor sedikit pun apa yang saya katakan karena kejujuran itu penting,” urainya. Pria asli Madura itu juga menyatakan sama sekali tidak tebersit menjadi tokoh nasional. Mahfud memang pernah menduduki posisi penting.  Mulai jadi anggota DPR, lantas  menteri dan ketua MK. Namun,  dia menyatakan, semua jabatan itu bukan cita-citanya. ”Cita-cita saya dari dulu hanya menjadi guru agama,” jelasnya. Tidak kalah seru paparan Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok ini menyatakan, sikap keras dalam memimpin Jakarta yang saat ini dia pertunjukkan karena Jakarta membutuhkan sikap keras untuk melakukan perubahan. ”Kalau saya nilai, hanya ada 20 persen pejabat birokrasi yang bagus.  Sisanya bisa kita bilang perlu perbaikan. Makanya, saya dan Pak Jokowi (gubenur DKI) harus bekerja keras,” ucapnya. Setelah berbincang tentang banyak hal, pada ujung acara, Najwa menanyakan adakah saran dalam menjalankan kepemimpinan. Tiga narasumber bergantian menyampaikan prinsip mereka dalam mewujudkan kepemimpinan yang andal. ”Gus Dur pernah berpesan, hidup itu harus membuat fakta-fakta baru, tidak boleh terbelenggu,” kata Mahfud. Dahlan memilih mengungkapkan pentingnya keluarga buat dirinya dalam pengambilan keputusan saat memimpin. ”Istri saya pernah bilang, kita ini sudah punya cucu lucu-lucu dan sudah punya uang cukup. Apa lagi sih yang diinginkan. Makanya, dalam konvensi (konvensi capres Partai Demokrat), saya tidak terlalu ngoyo, apalagi saya hanya diminta untuk ikut konvensi,” kata Dahlan. Di giliran terakhir Ahok mengakui bahwa ayah menjadi figur penting bagi dirinya. ”Untuk melakukan kebaikan, tidak perlulah kita melihat orang itu bersuku apa dan beragama apa. Itu pesan ayah saya,” ujar Ahok. (riq/c1/kim)

Tags :
Kategori :

Terkait