MAJALENGKA - Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Kabupaten Majalengka, pengidap HIV/AIDS di Kota Angin ini mencapai 103 orang sampai tahun 2013. Jumlah tersebut terdiri dari 69 pengidap HIV dan 39 pengidap AIDS yang tersebar di 31 desa. Umumnya para penderita tersebut telah mengetahui kalau dirinya menderita HIV/AIDS, karena telah periksa ke rumah sakit maupun instalasi medis lainnya. Sebagian lagi, keluarganya telah mengetahuinya pula. Lain halnya dengan masyarakat atau tetangga sekitarnya banyak yang tidak mengetahuinya. Hal ini disebabkan ketakutan dari penderita dan keluarganya akan dikucilkan dalam kehidupan sosialnya. Karena masyarakat masih mempunyai imej HIV adalah penyakit yang gampang menular. Menurut keterangan KPA Kabupaten Majalengka dr Dadang Sundana, penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acauired Immuno Deficiency Syndrome) tersebut berdasarkan hasil penyelidikan adalah melalui alat suntik secara bersamaan atau bergantian dengan orang lain. \"Pemakaian alat tato atau tindik yang tidak steril dan bekas pengidap HIV, melakukan hubungan seksual dengan pengidap HIV,\" kata Dadang kepada Radar, kemarin (1/12). Pada sejumlah kasus lain, jelas Dadang, penderitanya adalah bayi dan anak-anak. Mereka tertular akibat kedua orang tuanya mengidap HIV/AIDS. Orang pertama yang tertular adalah suami kemudian menularkan kepada istrinya hingga anaknya mengidap HIV sejak lahir akibat kedua orang tuanya terjangkit HIV-AIDS. Saat ini menurut Dadang, pihaknya terus berupaya melakukan advokasi ke sejumlah masyarakat agar selalu waspada untuk tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan jarum suntik bekas orang lain. Terlebih penggunaan jarum suntik untuk narkoba. Selain itu, penyuluhan juga dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) terutama terhadap pengguna narkoba. “Karena dari sana sebagian besar virus tersebut menular,” ungkap Dadang. Namun sebaliknya menurut dia, masyarakat juga harus paham dan tidak boleh mengucilkan penderita HIV/AIDS dengan alasan khawatir tertular. Karena penularannya tidak melalui gigitan nyamuk atau serangga, duduk berdampingan, bersalaman, bersentuhan, berpelukan dan berciuman pipi, batuk atau bersin, memakai fasilitas umum bersama seperti toilet dan kolam renang, berbagi makanan atau menggunakan alat makan dan minum bersama. “Semua bentuk kegiatan tersebut dianggap aman selama tidak ada sarana perpindahan cairan tubuh atau darah dari penderita kepada orang lain.” ungkap Dadang. Dijelaskan Dadang, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tidak mampu melindungi dari serangan penyakit lain. Virus HIV akan hidup dan bertambah banyak di dalam tubuh penderita, walaupun orang yang terinfeksi tetap terlihat sehat dan tidak menunjukan gejala. Sedangkan AIDS adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. \"Jika tubuh orang tidak lagi mempunyai sistem pertahanan tubuh atau dengan kata lain orang tersebut mengalami penurunan kekebalan tubuh, orang tersebut menjadi mudah terserang penyakit infeksi kulit dan mulut, tuberkolosis maupun kanker. Ini disebut sebagai sindrom,” pungkasnya. (gus)
Jangan Takut Bersosialisasi dengan Pengidap HIV/AIDS
Senin 02-12-2013,14:11 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :