Radarcirebon.com - Kerajaan Pajajaran dimana sesungguhnya letak lokasi keraton dan pemerintahannya, hingga kini masih menjadi perdebatan.
Beberapa bukti dan temuan memang menjadi penanda dimana sesungguhnya Kerajaan Pajajaran berada. Misalnya penemuan prasasti yang didedikasikan Prabu Surawisesa kepada Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja.
Beberapa temuan lain, termasuk makam-makam kuno juga diduga menjadi penanda dimana sesungguhnya lokasi dan letak Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda berada.
Sebelum berbicara mengenai lokasi, hendaknya perlu diluruskan terlebih dahulu penyebutan terkait Kerajaan Pajajaran yang sebenarnya bernama Kerajaan Sunda.
BACA JUGA:Kemenkes Segera Umumkan Daftar Obat yang Aman Dikonsumsi Sesuai Hasil Uji BPOM
BACA JUGA:Tegas! Presiden Jokowi Minta Daftar Obat Berbahaya Penyebab Gagal Ginjal Akut Segera Diumumkan
Akademisi Universitas Padjadjaran, Prof Dr Nina Herlina Lubis menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada nama kerajaan bernama Pajajaran. Sebab, yang ada adalah Kerajaan Sunda.
Kerajaan Sunda adalah penggabungan dua kerajaan yakni, Kerajaan Sunda dan Galuh. Yang setelah penobatan Prabu Siliwangi, dilakukan pemindahan ibu kota dari Kawali atau Galuh ke Pakuan Pajajaran.
Sehingga nama Pakuan Pajajaran sesungguhnya adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda. Sebab, pada waktu itu, ada kebiasan menyebutkan nama kerajaan berdasarkan ibu kotanya.
Lalu dimana sesungguhnya Kerajaan Sunda atau pusat pemerintahan sekaligus ibu kota yang bernama Pakuan Pajajaran berada?
BACA JUGA:Polisi Menahan Tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang di Rutan Reskrim Polda Jatim
BACA JUGA:Daftar Obat Sirup yang Diminum Sebelum Terjadi Gangguan Ginjal Akut pada Anak-anak
Berdasarkan temuan bukti-bukti fisik, diyakini lokasi keraton dari Pakuan Pajajaran, Ibu Kota Kerajaan Sunda berada di wilayah Bogor. Hal itu ditandai dengan adanya Prasasti Batu Tulis.
Prasasti Batu Tulis dibuat oleh Prabu Surawisesa di tahun 1533 Masehi (1455-Saka). Di batu berukuran 17 x 15 meter tersebut terdapat kalimat dengan huruf Sunda Kawi.
Bukti lain bahwa di daerah itu diduga sebagai lokasi Keraton Kerajaan Sunda atau Pajajaran adalah di sekitar kawasan Kompleks Batu Tulis turut terdapat bangunan besar yang mengeliling menyerupai benteng, bernama Kuta Maneuh.
Hal tersebut turut dibuktikan lewat tulisan dari ahli sejarah Saleh Danasasmita (27 Juni 1933 – 8 Agustus 1986), di dua bukunya berjudul Mencari Gerbang Pakuan dan Menelusuri Situs Prasasti Batutulis (2014).
BACA JUGA:2 Perusahaan Farmasi Dipidana karena Kasus Gagal Ginjal Akut, BPOM Bilang Begini
BACA JUGA:Rekomendasi PDIB: Kasus Gagal Ginjal Akut Perlu Diteliti Lebih Mendalam
Penemuan bukti lainnya bisa dilihat juga di laporan berbahasa Belanda oleh Adolf Winker, di tahun 1690. Di sana tertulis jika di lokasi (Kelurahan Batutulis) terdapat berbatu, yang berbentuk rapi.
Dari keterangan yang diungkap oleh para pengantar buku, di situlah lokasi istana Kerajaan Pajajaran "het conincklijke huijs soude daerontrent gestaen hebben".
Tak jauh dari kompleks prasasti juga ditemukan empat area batu yang diduga kuat sebagai bekas alun-alun Kerajaan Pajajaran, bernama patung Purwakali, Gelak Nyawang, Kidang Pinanjung dan Layung Jambul.
Keempatnya juga dilambangkan sebagai struktur kepemimpinan di dalam kerajaan berupa Mahaguru, pengawal, dan pengasuh Prabu Siliwangi.
BACA JUGA:Bukan Saatnya Bicara KLB, Tapi Fokus Bicara Prestasi
Sementara dalam cerita rakyat Sunda yang hingga kini masih mendominasi kepercayaan masyarakat, Kerajaan Pajajaran diyakini hilang atau moksa bersama Prabu Siliwangi. Hal itu, berdasarkan cerita turut di masyarakat Sunda.
Berdasarkan cerita pitutur urang Sunda, Kerajaan Pajajaran hilang atau moksa bersama Prabu Siliwangi dan salah satunya kisah itu disampaikan lewat Uga Wangsit Siliwangi.
Melalui Uga Wangsit Siliwangi itu, Sri Baduga Maharaja mengeluarkan wangsit bahwa Kerajaan Pajajaran akan hilang begitu saja dan tidak akan pernah ditemukan.
Masih melalui wangsit itu, diceritakan bahwa nantinya akan banyak yang mencari Kerajaan Pajajaran yang hilang. Namun, tidak akan pernah ditemukan.
BACA JUGA:Pemakaian Obat Sirup Pereda Demam Dilarang, Coba Deh Resep Rekomendasi PDPOTJI, Bisa Dibuat Dirumah
BACA JUGA:Kota Cirebon Hujan Deras, Sempat Muncul Genangan di Sejumlah Ruas Jalan
Wangsit itu juga menyebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran yang hilang bisa saja ditemukan. Tetapi mencarinya harus berlandaskan ilmu pengetahuan.
Namun demikian, mengacu pada sumber primer, bahwa kejadian yang disebut Kerajaan Pajajaran Moksa atau hilang terjadi justru hampir 60 tahun setelah Prabu Siliwangi meninggal dunia.
Ketika itu, kekuasaan Kerajaan Pajajaran terus melemah sepeninggal Prabu Siliwangi dan Prabu Surawisesa. Para raja penerus dianggap kurang cakap memimpin kerajaan.
Hingga akhirnya penyerangan terjadi oleh Kesultanan Banten, dimana ibu kota Kerajaan Sunda yakni Pakwan Pajajaran dibakar habis, dan seluruh anak keturunannya dibunuh.
BACA JUGA:Tawuran Pelajar MTS di Majalengka, Bikin Kerugian Materil Rp3 Juta, Emangnya Mau Ganti?
BACA JUGA:Terbaru! Daftar Obat yang Aman Menurut BPOM, Ada 133 Jenis, Boleh Digunakan Lagi
Inilah yang menyebabkan kerajaan tersebut tiba banyak ditemukan peninggalannya. Prof Dr Nina Herlina Lubis juga mengungkapkan hal ini.
Ditegaskan dia, setelah Prabu Siliwangi wafat, Pakuan Pajajaran sebagai ibu kota Kerajaan Sunda masih ada.
Awal keruntuhan Kerajaan Sunda dimulai dari Sunda Kalapa yang dapat direbut pasukan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah pada 1527.
"Dari situ, masih butuh 50 tahun meruntuhkan Kerajaan Sunda. Kerajaan ini baru benar-benar runtuh tahun 1579," tandasnya.
BACA JUGA:Dukung IKN, Ridwan Kamil Gandeng Pengusaha Jawa Barat Berinvestasi
BACA JUGA:PLN Peduli Dukung Pengembangan Agroforestry, Tingkatkan Dampak Positif Penghijauan
Prof Dr Ayatrohaedi yang meneliti Naskah Wangsakerta yang berasal dari Cirebon, juga mengungkapkan hal senada.
Ayat tidak sependapat dengan persepsi bahwa Sri Baduga Maharaja adalah raja terakhir dan Kerajaan Pajajaran hilang. Sebab, Kerajaan Sunda baru runtuh tahun 1579 tepatnya 58 tahun setelah Sri Baduga Maharaja meninggal.
“Dengan mengikuti Naskah Wangsakerta berarti raja terbesar adalah Niskala Wastukancana sebagai Prabu Siliwangi I sedangkan raja terakhir adalah Suryakancana yang berjuluk Prabu Siliwangi VIII,” kata Ayat, seperti dilansir dari Historia.
Naskah Wangsakerta juga menyebut bahwa raja Sunda terakhir adalah Suryakancana atau dalam Carita Parahayiangan bernama Nu Siya Mulya yang memerintah selama 12 tahun (1567-1579).
BACA JUGA:Daftar Obat Aman dari Temuan Kemenkes, Ada 23 dari 102 yang Diuji
Dengan temuan bukti-bukti fisik tersebut, setidaknya dapat menjawab dimana sesungguhnya Ibu Kota Kerajaan Sunda yakni Pakwan Pajajaran berada, meski hingga kini belum benar-benar ditemukan artefak yang signifikan.