Berdasarkan data GNSS dari jaringan Badan Informasi Geospasial, menunjukkan adanya compression zone atau zona tekanan di wilayah selatan Jakarta.
Dijelaskan Endra, zona tekanan bisa berarti dua hal. Pertama, ada tekanan di bawah permukaan suatu gunung. Misalnya, sebelum gunung erupsi, zona tekanan tersebut akan terdeteksi.
Kedua, aktivitas sesar menaik dan turun di selatan Metropolitan Jakarta. Analisa ini didukung adanya laju geser 5 mm per tahun. Temuan laju geser patahan ini, juga telah dipublikasikan di Earth and Planetary Science Letters pada tahun 2017.
Menurut Endra, dengan adanya potensi kegempaan tersebut, sudah semestinya ditindaklanjuti dengan dilakukannya persiapan.
BACA JUGA:Peringati Hari Sukarelawan Internasional, Kawan Lama Group Gelar Donor Darah
Sebab, laju geser yang terakumulasi tahunan tersebut diasosiasikan dengan besarnya magnitudo gempa yang akan terjadi.
Kepada masyarakat, Endra merekomendasikan dilakukannya simulasi gempa dan tindakan yang harus dilakukan setidaknya 1 tahun sekali.
"Di Jepang misalnya, anak-anak SD sudah berlatih simulasi gempa. Di universitas juga ada simulasi gempa 1 tahun sekali," tulisnya, di artikel yang diterbitkan Jawa Pos.
Dengan adanya simulasi gempa tersebut, masyarakat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan saat terjadi guncangan. Mereka juga dapat melakukan hal terukur dan pihak terkait juga terlatih dalam penanganannya.
BACA JUGA:Daihatsu Tantang Para Modifikator Otomotif dari Indonesia dan Malaysia
Karenanya, simulasi gempa tersebut perlu dilakukan di seluruh sektor seperti pendidikan, perkantoran, yang berada di zona rawan gempa.
Mengenal Sesar Baribis Kendeng
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengungkapkan, Sesar Baribis Kendeng Cirebon 1 memiliki potensi gempa tertarget 6,5 magnitudo.
Menurut Daryono, sumber gempa dangkal di Jawa Barat diantaranya adalah Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Citarik, Sesar Cipamingkis, Sesar Lembang, dan Sesar Cirata.
"Karakter gempa kerak dangkal dengan frekuensi tinggi ini akan banyak menimbulkan kerusakan karena guncangan tanah yang dibangkitkan sangat kuat," katanya.
BACA JUGA:BMKG Meralat Kekuatan Gempa Bumi di Garut, Bukan 6.4 Tapi 6.1 Magnitudo