Jambak Gelar Pesta Adat Ngarot

Selasa 24-12-2013,12:40 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIKEDUNG – Masyarakat Desa Jambak Kecamatan Cikedung, menggelar pesta adat ngarot, Senin (23/13). Acara yang digelar setiap tahun sekali ketika menjelang musim tanam itu berlangsung meriah. Pantauan Radar, tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun itu dimulai dengan arak-arakan gadis desa, mengenakan baju adat dengan dihiasi bunga melati beserta cepuk atau emas peninggalan leluhur yang diikatkan di pinggangnya. Pemakaian cepuk dengan berbagai ukuran menandakan kasta yang memakai. Makin besar cepuk yang dikenakan maka makin tinggi kastanya. Para peserta ngarot diarak keliling desa dengan diiringi musik tradisional. Setelah berkeliling kampung yang dipimpin langsung kepala desa, para peserta ngarot kemudian berkumpul di balai desa untuk mendengarkan pidato sejarah ngarot. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi menerima air suci, dan tetua desa menyatukan air suci yang diambil dari 7 sumur tua di desa tersebut. Sempat terjadi kericuhan ketika peserta ngarot akan menempati kursi yang disediakan. Pengantin ngarot saling dorong untuk mendapatkan tempat duduk paling depan, karena kursi di barisan itu dipercaya bisa mendatangkan berkah. Namun, insiden kecil itu berhasil diredam setelah sesepuh atau tokoh adat dibantu panitia menenangkan peserta. Kepala Desa Jambak, Daska menjelaskan, adat ngarot yang digelar adalah pesta tani untuk memulai menanam padi. Acara adat tesebut merupakan warisan nenek moyang yang terus digelar secara turun temurun. “Simbol ngarot mengarak puluhan gadis desa. Mereka kemudian menerima air suci dari tujuh sumur keramat. Ketujuh sumur itu yakni keramat jati, kigedeng sampu, watu, sumur lor, sumur keramat, emas, serta sumur canting. Sumur–sumur itu dipercaya dapat menyatukan masyarakat serta dapat memberikan keberkahan bagi petani,” jelasnya. Tradisi itu juga dipenuhi mitos. Jika hiasan bunga yang dipakai pada peserta wanita itu layu, maka menandakan sang wanita tersebut bukan merupakan gadis perawan. Selain itu, mitos lain dalam tradisi ngarot juga diharapkan memudahkan petani bercocok tanam, serta diberi hasil pertanian yang melimpah. “Tentunya tradisi ngarot ini bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi. Kami juga berdoa kepada Allah, meminta agar pada tanam padi nanti mendapatkan keberkahan yakni kesuburan dan hasil panen bagus,” kata Daska. (kom)

Tags :
Kategori :

Terkait