RADARCIREBON.COM - Meski dilarang di China, peredaran obat legal India tetap dicari, karena telah membantu warga negara bertahan hidup ditengah gempuran virus Covid-19 dalam tiga tahun terakhir ini.
Permintaan obat generik India menurut laporan ANI News pada, Sabtu, 21 Januari 2023 terus naik ditengaj lonjakan kasus covid-19, setelah pemerintah Beijing menghapus kebijakan Nol Covid.
Peredaran di China masih dilarang oleh pemerintah setempat, meski obat-obatan India telah lulus evaluasi konsistensi klinis dan dianggap memiliki efek yang sama dengan obat aslinya.
Banyak warga China yang terpaksa membelinya di pasar gelap atau melalui saluran bawah tanah lainya.
BACA JUGA:Sempat Macet Karena Pohon Tumbang, Arus Lalin Cirebon-Kuningan Kembali Normal
Situs resmi Kumpulan Paten Obat Jenewa (MPP) pada Maret 2022 telah mengumumkan dan menandatangani perjanjian dengan 35 perusahaan farmasi, termasuk Astrica dan Azizta, sub-merek perusahaan farmasi India Hetero.
Perusahaan-perusahaan ini diizinkan secara hukum memproduksi API atau formulasi Nimatevir, salah satu bahan dari Paxlovid Pfizer.
Paxlovid yang merupakan pengobatan oral Covid-19 Pfizer sangat diminati tetapi persediaannya sangat sedikit di China.
India memiliki empat obat generik Paxlovid unggulan yang banyak diimpor yakni Primovir, Paxista, Molnunat dan Molnatris.
BACA JUGA:Pohon Tumbang di Ciperna, Arus Lalin Dua Arah Macet Total
Walaupun terdapat beberapa artikel di China menuduh India memproduksi obat-obatan tersebut tanpa lisensi, tetapi warganet negeri Tirai Bambu itu menghargai efisiensi dan kemanjuran sistem medis India.
Beberapa dari mereka bahkan mengungkit film China yang terkenal berjudul 'Dying to Survive'.
Film itu berkisah tentang pasien kanker yang berhasil hidup dengan obat impor India meskipun pemerintah China melarang keras peredaranya.
BACA JUGA:Mau Tahu Caranya Intip Chat WA Pasangan Kita? Bisa Gunakan Whatsweb Clone App