RADARCIREBON.COM - Ketupat merupakan makanan khas yang hadir di setiap momen lebaran. Dengan cara dibelah dan dipotong persegi, ketupat lebih nikmat jika disandingkan dengan menu opor.
Ketupat menjadi makanan pembuka usai umat muslim melaksankan Sholat Id di masjid atau lapangan.
Sudah menjadi tradisi, makanan khas yang dibalut dari anyaman daun kelapa muda ini, harus hadir di meja makan setiap lebaran.
Lalu kenapa makan ketupat kebanyakan dibelah dan dipotong kecil-kecil, ternyata hal tersebut memiliki makna.
BACA JUGA:KPK Ingatkan Pejabat dan Penyelenggara Negara untuk Tidak Terima Gratifikasi Idul Fitri
Ketupat, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak M. Jadul Maula, dalam bahasa Jawa diucapkan sebagai kupat.
Kupat mengandung pesan ajaran, yaitu ngaku lepat (mengaku salah) dan laku lapat (empat tindakan amal).
Laku yang empat itu, lanjut dia, adalah lebaran (selesai puasa), luberan (zakat fitrah), leburan (bermaafan) dan laburan (kembali putih, fitri).
Pembungkus ketupat, kata Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia PBNU ini, adalah daun kelapa (janur) yang dijalin melambangkan belitan dosa dan kesalahan.
BACA JUGA:Niat Mandi Sunnah Sebelum Melaksanakan Sholat Idul Fitri
Karena itulah, menurut dia, ia mesti dibelah dan akan tampak dalamnya yang berwarna putih lambang kesucian dari dosa.
“Setahu saya sejak para wali itu, tapi mungkin aja sebelumnya sudah ada. Tapi penggunaan ketupat kaitannya dengan perayaan lebaran itu jelas dari para wali,” katanya.
Bagi masyarakat Muslim di Indonesia, momen lebaran atau Idul Fitri tidak bisa dilepaskan dari makanan khas bernama ketupat.
Makanan yang berasal dari beras yang dibungkus dengan anyaman janur kuning ini biasa disajikan dengan berbagai menu, terutama dengan opor ayam.
BACA JUGA:Wali Kota Cirebon Angkat 2 Jempol Atas Kinerja Polres Cirebon Kota dalam Operasi Ketupat Lodaya 2023