INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM – Pemimpin Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang menegaskan, bahasa Ibrani dan Arab sebenarnya satu rumpun serta berasal dari daerah yang sama.
Oleh sebab itu, Panji Gumilang menyampaikan bahwa pembelajaran bahasa Ibrani tidak perlu dipersoalkan.
BACA JUGA:Kota Cirebon Kirim 50 Atlet di Ajang Porsenitas ke-X di Majalengka
“Yang membaca dari kanan hanya Arab dan Ibrani. Arab itu kalau dikasih ta marbutah jadi Aroba. Bahasanya agak halus,” kata Syekh Al Zaytun, Panji Gumilang.
Panji Gumilang menegaskan kembali, bahasa Arab dan Ibrani sebenarnya sama. Hanya dari karakteristiknya yang pada akhirnya membedakan.
BACA JUGA:TERUNGKAP! Misteri Pesawat Parkir Setahun di Bandara Kertajati, Terbang ke Iran, Ternyata Ada 2 Unit
Ibrani itu, karena masyarakatnya sering menyeberang Sungai Eufrat dan Sungai Dajlah dinamakan Ibroni atau tukang nyeberang. Bahasanya yang berbau air.
“Kalau Arab tidak eksodus ke mana-mana tapi mengelana. Kalau Ibrani, ke mana-mana sampai dimusnahkan di Jerman itu,” tandasnya.
Perbedaan ini dan akar sejarah dari bahasa tersebut perlu dipahami. Sehingga masyarakat tidak kagetan dan mudah terpancing dengan isu-isu liar.
“Ini perlu dipahami. Mendengar begitu kaget. Intinya sama. Jangan kaget terus. Sedikit-dikit kaget. Gimana pesantrennya, segitu saja heran,” bebernya.
Penggunaan bahasa Ibrani yang kerap disebut Yahudi dan dikaitkan dengan Israel di Mahad Al Zaytun ditegaskan Syekh Panji Gumilang sebagai bentuk pendidikan yang mengacu global setting atau internasional.
Jika ada masyarakat yang menuduh Yahudi atau Israel, berarti tidak mengetahui sejarah bahasa tersebut.
BACA JUGA:Ketua Umum PSSI Ultimatum Klub Jika Enggan Melepas Pemainnya ke Timnas
Pengajaran bahasa asing di Mahad Al Zaytun, tandas Syekh Panji Gumilang adalah bagian dari upaya menghadirkan pendidikan global.
Oleh karena itu, diajarkan juga bahasa lainnya yang sering dipakai secara internasional. Pendidikan global ini, sama dengan sekolah internasional.
“Inilah seting pendidikan global. Bahasa Inggris diajarkan, Bahasa Mandarin, Bahasa Indonesia. Karena perintah ilahi itu, agar bisa saling berkomunikasi satu sama lain,” tandasnya.
BACA JUGA:Ketua Umum PSSI Ultimatum Klub Jika Enggan Melepas Pemainnya ke Timnas
Pendidikan global di Mahad Al Zaytun itulah, refleksi dari Rahmatan Lil Alamin. Sehingga masyarakat tidak perlu mudah terpancing dan termakan isu menyesatkan.
“Pendidikan di sini global education sama dengan pendidikan internasional. Itulah rahmatan lil alamin. Ngomong rahmatan lil alamin baru dengar Bahasa Ibrani saja, macam-macam,” tegasnya.
Syekh Al Zaytun juga mengulas mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa adalah rumah bagi semua agama. Karena semua agama itu, mengimani Tuhan Yang Maha Suci.
BACA JUGA:EDAN, Tiket Indonesia vs Argentina Ludes Terjual, Kategori Umum Dimulai 6 Juni
Kemudian perbedaan bahasa dalam menyebut Allah. Sebab, di Indonesia bisa berbeda satu sama lainnya. Termasuk masyarakat Sunda maupun Jawa.
“Orang Sunda ketika sambat kepada Allah, Duh Gusti. Yang kayak begitu kafir? Apa kata orang Jawa, Gusti Allah. Pahami Ketuhanan Yang Maha Esa seperti Bangsa Indonesia,” tegasnya.
Karena itu, Bangsa Indonesia harus bersyukur, karena punya dasar negara yakni Pancasila yang universal. (*)