Sedangkan lagu "Hava Nagila" artinya "Marilah bergembira". Sejarawan dan Budayawan Ridwan Saidi pernah mengupas lagu berbahasa Ibrani ini.
Lagu karya Jewish Musician atau pemusik Yahudi ini, diproduksi pertama kali tahun 1922 oleh Abraham Zevi. Ini sebagai lagu dengan lirik asyik dinikmati.
Mungkin hanya pondok Al Zaytun yang mempelajari secara serius bahasa Ibrani bagi santrinya. Selain bahasa asing lain; Arab dan Inggris.
Dalam berbagai kesempatan pimpinan ponpes Syekh Panji Gumilang selalu menekankan untuk tidak alergi dengan bahasa Ibrani. Bahasa ini banyak kemiripan dengan bahasa Arab. Sebagaimana kedekatan dua bahasa Jawa dan Bahasa Sunda.
BACA JUGA:Utusan Rantau Melayu Jauh-jauh Klarifikasi Berita Viral Mahad Al Zaytun, Disuguhi Kapal 'Nabi Nuh'
Sedangkan untuk memahami bahasa Ibrani yang paling mudah dengan bernyanyi. Bahkan pesantren secara khusus menyanyikan lagu ini dengan alunan musik keroncong oleh grup Keroncong Perdamaian asuhan Syekh Al Zaytun Panji Gumilang.
Tulisan Ridhazia ini langsung mendapat tanggapan dari Ahmad Mansur Suryanegara.
Melalui kolom komentar, Ahmad Mansur menulis, penuturan postingan Prof Ridhazia yang membahas, Bahasa Ibrani semakin jelas kekeliruan Panji Gumilang.
Kekeliruan itu bisa dijadikan dasar tindakan MUI dan Menag atau lembaga yang berwenang. Terutama terhadap penggunaan nama Islam dan pesantren oleh Pesantren Al Zaytun.
BACA JUGA:Ada Revolusi di Mahad Al Zaytun, Apa yang Terjadi? Oh Ternyata Ini Dia
Secara politik, katanya, Israel ternilai sebagai imperialis. Lalu bagaimana bisa bila bahasa Israel digunakan dalam pesantren?
“Barangkali pakar hukum akan bisa membantu, menjaga ajaran Islam dan lembaga pendidikan pesantren,” pungkasnya. (*)