KUALA LUMPUR - Tim nasional Indonesia berangkat ke Malaysia dengan penuh optimisme. Gelar juara Piala AFF 2010 seolah sudah di depan mata. Kemenangan telak 5-1 di babak penyisihan grup A di Jakarta pada 1 Desember lalu menjadi modal utama.
Tak heran bila ribuan warga Indonesia berangkat ke Kuala Lumpur untuk mendukung timnas. Tak heran pula bila puluhan ribu, mungkin ratusan ribu, lainnya rela antre gila-gilaan untuk mendapat tiket “berpesta” di leg kedua final pada 29 Desember mendatang di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Antisipasi pesta juara itu memang seperti tak terbendung. Media cetak mendedikasikan berhalaman-halaman untuk menuju kemenangan. Media televisi menyediakan puluhan jam tayang untuk mengikuti segala gerak-gerik timnas. Bahkan, sejumlah iklan televisi dadakan dibuat untuk ikut bersiap ikut pesta kemenangan.
Alamaaak.! Indonesia kecolongan di Stadion Nasional Bukit Jalil. Hingga akhir babak pertama, rasa optimisme itu masih terasa. Lalu tiba gol pertama Malaysia yang dicetak Safee Sali pada menit ke-60. Setelah itu, perasaan seluruh pemain timnas dan jutaan pendukung di Indonesia seperti tergelincir ke jurang dalam. Pada menit ke-68, gol kedua Malaysia dicetak Mohd Ashaari Samsudin. Dua menit berselang, Safee Sali mencetak gol ketiga tuan rumah.
Alamaak!. Indonesia kecolongan 0-3. Ini kekalahan pertama timnas Indonesia di pentas Piala AFF 2010. Pada lima laga sebelumnya, Firman Utina dkk tampil gemilang dan selalu meraih kemenangan. Tiga kali di babak penyisihan grup dan dua kali di semifinal. Pencapaian inilah yang membakar euforia warga Indonesia saat timnas melakoni leg pertama final di Bukit Jalil kemarin.
Namun, yang terjadi di atas lapangan berkata lain. Timnas dipaksa pulang dengan tangan hampa. Sejumlah peluang sebenarnya diciptakan timnas. Salah satunya lewat tendangan Ahmad Bustomi yang menerima umpan Christian Gonzales pada menit ke-27. Namun, tendangan Bustomi melesat ke samping kiri gawang Malaysia yang dikawal Khairul Fahmi Bin Che Mat.
Di babak kedua, Indonesia pun lebih dulu menekan. Gol Gonzales pada menit ke-50 dianulir wasit Toma Masaaki dari Jepang karena penyerang berdarah Uruguay itu offside.
Pertandingan sempat terhenti karena pemain timnas protes terkait dengan serangan laser yang dilakukan pendukung Malaysia. Namun, setelah itu laga dilanjutkan kembali.
Gol pertama Malaysia benar-benar menjadi pukulan telak bagi timnas. Gol itu lahir karena kecerobohan bek Maman Abdurahman saat mengawal penyerang Malaysia Norshahrul Idlan Talaha. Maman gagal melindungi bola yang kemudian diserobot Norshahrul. Setelah melewati beberapa pemain Indonesia, dia melayangkan umpan kepada Safee Sali yang menuntaskannya menjadi gol.
Setelah gol pertama itu, performa pemain Indonesia jadi kacau. Malaysia pun dengan mudah mencetak gol kedua dan ketiganya. Lagi-lagi gol lahir karena kesalahan barisan pertahanan Indonesia. “Selamat kepada Malaysia. Sekarang mereka tim favorit juara,” kata Alfred Riedl, pelatih Indonesia, dalam konferensi pers setelah pertandingan.
Dia menyatakan bahwa gol pertama Malaysia mengacaukan segalanya. “Di babak pertama laga berjalan normal. Juga di awal babak kedua. Tapi, setelah skor 1-0, semuanya berubah. Tim Malaysia lebih percaya diri dan pertahanan kita bingung,” ungkap pelatih asal Austria itu.
Di sisi lain, pelatih Malaysia Krishnasamy Rajagopal menyebut kemenangan 3-0 timnya sebagai modal untuk melawat ke Jakarta. “Tim melakukan start dengan bagus. Sayang, pemain terlalu tergesa-gesa di babak pertama,” kata Rajagopal. “Kami tampil lebih baik di babak kedua dan pemain mampu menuntaskan tiga peluang dari beberapa peluang yang kami dapat dengan bagus,” lanjutnya.
Dengan kemenangan tiga gol tanpa balas, Malaysia kini di atas angin. Tim berjuluk Harimau Malaya itu berpeluang mengulang sukses saat mengalahkan Vietnam pada semifinal lalu. Saat itu Malaysia menang 2-0 pada laga pertama di kandang dan sukses menahan Vietnam 0-0 saat melakoni laga kedua di Hanoi.
Sebaliknya, Indonesia harus bekerja keras pada final kedua nanti. Selain beban defisit tiga gol, Indonesia terancam sanksi dari AFF (Federasi Sepak Bola Asia Tenggara) seiring dengan rusuhnya penjualan tiket di Jakarta kemarin. Bukan tidak mungkin Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah.
“Kami mengimbau semua pihak agar membantu menciptakan situasi kondusif. Apabila hal-hal tidak baik ini berlanjut, AFF pasti memindahkan pertandingan final kedua ke tempat netral,” kata Nurdin Halid, ketua umum PSSI.
“Kami memohon kesabaran dan pengertian masyarakat Indonesia. Jangan berbuat anarkistis dan merusak fasilitas. Bila tidak memenuhi syarat, pertandingan final leg kedua akan dipindahkan oleh AFF,” ujar pria yang pernah berjanji mundur jika Indonesia gagal juara Piala AFF itu.
Nurdin menyatakan bahwa PSSI sudah mendapat peringatan keras dari AFF. “Jika pihak keamanan tidak bisa mengatasi permasalahan seperti ini, pertandingan bisa dipindahkan ke tempat netral,” cetusnya.
Terlepas dari tensi panas pertandingan di atas lapangan, hubungan antarsuporter Malaysia dan Indonesia tetap mesra. Puluhan ribu pendukung kedua tim berbaur memenuhi tribun Stadion Bukit Jalil tanpa ada gesekan. Suporter tuan rumah dan Indonesia tampak bagitu akrab. Di beberapa sudut stadion mereka bahkan berfoto bersama dengan menyandingkan kedua bendera.
Dengan kekalahan begitu besar, masih bisakah Indonesia merebut juara Piala AFF 2010? Untuk juara, Indonesia harus menang 4-0. Minimal, memaksakan kemenangan 3-0 agar pertandingan di Jakarta nanti dilanjutkan hingga perpanjangan waktu.
Mampukah Indonesia? Yang pasti, timnas butuh dukungan. Ini agar mereka bisa kembali mendaki dinding jurang, menghasilkan pesta yang sudah dinanti-nantikan —sampai menghasilkan kematian karena antrean— di Gelora Bung Karno.
Yang mungkin menjadi pertanyaan lebih besar: Masihkah dukungan diberikan? Ataukah para pendukung telanjur loyo oleh kekalahan telak di Malaysia? Di Gelora Bung Karno, 29 Desember nanti, yang diuji bukan hanya ketangguhan mental para pemain timnas Indonesia. Yang diuji juga kesetiaan dan semangat jutaan warga Indonesia dalam mendukungnya. (ali/c2/ca/aza)