CIREBON – Banjir besar yang melanda Kota Cirebon, bukan hanya mengacaukan kegiatan belajar mengajar (KBM), tetapi juga melumpuhkan puluhan hektare sawah. Pantauan Radar, hamparan sawah yang berada di kawasan Petireman, Kelurahan Pegambiran, hingga kemarin (16/1) masih terendam, meski banjir sudah berlalu dua hari lalu. Salah satu warga, Jaka mengatakan, banjir yang melanda RW 11 Petireman, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk baru surut sejak Rabu (15/1) siang. \"Kasihan Mbak, sawahnya baru ditanam tapi sudah terendam banjir lagi,\" ujarnya, kemarin. Sebagai bentuk antisipasi, dirinya bersama warga lainnya gotong royong membuat sejumlah karung berisi material pasir dan batu, yang nantinya dijejerkan di depan gang dan difungsikan sebagai tanggul. Karena, bila tidak ditahan dengan material, banjir yang masuk ke rumahnya bisa lebih tinggi. \"Kemarin saja selutut. Ya kalau tidak dibeginikan, tambah parah,\" ujarnya, kemarin (16/1). Sementara itu, warga lainnya Muadi menjelaskan, pasca banjir kemarin, warga melakukan antisipasi dengan mengangkut barang berharganya ke tempat yang lebih tinggi. \"Banjir baru raat kemarin sore, tapi sekarang aktivitas sudah normal kembali,\" ujarnya. Terpisah, Ketua RW 08 Karang Anom, Kota Cirebon, Taryono menyebutkan setidaknya terdapat 600 kepala keluarga di wilayahnya yang terbagi ke dalam 5 RW, terancam terkena banjir setiap kali hujan tiba. Kondisi ini memaksa warga harus ekstra waspada bila hujan mengguyur Kota Cirebon. \"Setiap kali hujan, wilayah Karang Anom selalu banjir. Tahun ini adalah yang terparah,\" tukas Taryono kepada Radar. Pantauan koran ini, air hujan masih menggenangi rumah warga di lima RT Karang Anom hingga siang kemarin. Kontur tanah dan minimnya drainase disinyalir menjadi penyebab air hujan tidak bisa surut. Taryono mengaku, sebenarnya ia sudah mengajukan perbaikan drainase saat kepemimpinan Wali Kota Subardi. Namun perbaikan itu belum terealisasi. Untuk menanggulangi banjir supaya tidak lagi terjadi, dia berharap pemkot bisa memperbaiki saluran drainase yang rusak dan membuat lagi drainase baru. \"Kalau hanya perbaikan, saya rasa tidak akan bisa menampung aliran air hujan, jadi harus ada penambahan drainase lagi,\" tukasnya. Akibat banjir itu juga, beberapa barang-barang rumah tangga yang tidak bisa terselamatkan, terendam. Warga yang terkena banjir terpaksa mengungsi ke rumah-rumah yang aman. \"Saya sendiri sampai sekarang masih belum bisa tidur karena begadang tadi malam, dan juga banyak menerima tamu,\" ungkap dia. Tidak hanya merendam perumahan warga, banjir juga merendam dua musala, 1 masjid serta 3 sekolah yang berada di Karang Anom. Selain itu, banjir juga terjadi di sejumlah titik di Kelurahan Pegambiran, seperti Sirandu, Kerta Semboja, Pegambiran, Kuta Sirap, Karang Mulya, Karang Wangun dan Api-api. Ketinggian bervariasi antara 30 cm hingga 1 meter. Namun yang terparah terjadi di Karang Anom, karena air hujan yang menggenang tidak cepat surut. Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah, Adam Nurdin menyebutkan, setidaknya ada 18 titik di Kota Cirebon yang rawan banjir, termasuk di Pegambiran. \"Kita mencoba untuk menyedot air hujan itu supaya bisa lekas surut,\" ucapnya. Kepala Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Pertanian (DKP3) drh Maharani Dewi mengatakan, dari data yang didapat, saat ini ada 44 hektare sawah yang masih terendam banjir. Di antaranya di Lemahwungkuk sawah Sirandu Jaya 14 hektar padi baru satu minggu, 7 hektare sawah Sipawon di Harjamukti padi baru berumur 2 bulan dan pesemaian padi siap tanam, serta 23 hektare sawah Puso terbawa hanyut. \"Belum ada laporan sawah di Kecamatan Kesambi. Nah untuk Puso sulit diselamatkan,\" ujarnya. Rani mengatakan, saat ini upaya yang dilakukan DKP3 untuk sawah yang terendam adalah pendataan. \"Sementara untuk sawah baru didata dulu. Kebetulan kemarin (Rabu, red) saya pantau di Balai Pengembangan Ikan Air Tawar juga ada bibit yang hanyut, kemudian Rumah Pemotongan Hewan terendam. Tapi alhamdulillah sudah bisa diatasi semua,\" lanjutnya. Tak hanya itu, lanjut Rani, untuk sawah terendam yang padinya baru berumur 1 minggu harus ditanam ulang. \"Kita lihat tingkat keparahannya dulu. Kalau yang di Harjamukti umur sudah dua bulan, jadi aman. Kalau sudah tidak terselamatkan ya harus tanam ulang. Penyemaian dulu sekitar 15 hari, kemudian tanam setelah dibajak satu kali,\" pungkasnya. KBM SUDAH BERJALAN Sementara, banjir yang juga menenggelamkan sejumlah sekolah sempat membuat proses kegiatan belajar mengajar terganggu. Namun, kemarin (16/1), kegiatan belajar mengajar sudah mulai dilaksanakan. Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Drs Anwar Sanusi MSi menjelaskan, saat banjir kemarin, yang menjadi masalah utama adalah terendamnya akses jalan masuk ke lokasi sekolah. Sehingga anak didik kesulitan masuk sekolah. Setelah itu, kelas yang ada juga tertutup lumpur sehingga harus dibersihkan. \"Tidak ada berkas yang rusak. Saya minta sekolah untuk memprioritaskan buku induk dan semuanya aman,\" ujarnya. (kmg/jml/mike)
Puluhan Hektare Sawah Terendam
Jumat 17-01-2014,12:56 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :