Padahal Dekat Al Zaytun, Warga Gantar Tak Mau Sekolahkan Anak di Sana, Terungkap Alasannya, Oh Ternyata

Sabtu 08-07-2023,09:48 WIB
Reporter : Kholil Ibrahim
Editor : Yuda Sanjaya

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Mahad Al Zaytun memiliki lembaga pendidikan mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) hingga SMK dan perguruan tinggi.

Meski lengkap seluruh jenjang pendidikan ada, tetapi warga di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, justru tidak berminat menyekolahkan anaknya di Al Zaytun.

Mereka lebih memilih sekolah negeri bagi SD, SMP dan SMA serta SMK, ketimbang memasukan anaknya ke Mahad Al Zaytun.

Padahal lembaga pendidikan tersebut terkenal memiliki fasilitas yang sangat mumpuni dan sekelas sekolah internasional di perkotaan.

BACA JUGA:Waspada! BMKG: Gelombang Setinggi 1,25-2,5 Meter Berpotensi Terjang Laut Jawa

Kurangnya minat warga Kecamatan Gantar menyekolahkan anak ke Al Zaytun terlihat dari pelajar yang meneruskan sekolah dari TK ke SD maupun SD ke SMP dan ke jenjang berikutnya.

Kepala UPTD SD Negeri Balir, Sri Susilowati mengatakan, lulusan dari sekolah dasar yang dipimpinnya tidak ada yang melanjutkan ke pondok pesantren pimpinan Syekh Panji Gumilang itu.

"Bukan tahun sekarang saja, dari tahun-tahun yang dulu juga nggak ada yang masuk ke Al Zaytun," kata Sri, kepada radarcirebon.com, Jumat, 7, Juli 2023.

Sri mengaku sudah menjadi kepala sekolah selama 6 tahun. Sejak itu pula, dirinya belum pernah mendapati ada siswa yang meneruskan ke Al Zaytun.

BACA JUGA:Pesan dari Alumnus: Jika Anda punya teman alumni Al Zaytun, cek kesehariannya, cek medsosnya, sesat tidak?

Besar kemungkinan, hal tersebut dikarenakan kurangnya promosi dari Al Zaytun kepada siswa maupun orang tua.

Pasalnya, tidak ada brosur, flyer hingga lainnya yang dibagikan kepada pihak sekolah maupun orang tua siswa. Sehingga mereka tidak mendapatkan informasi apapun. 

Tetapi, alasan utama siswa di Kecamatan Gantar jarang yang masuk ke Al Zaytun adalah faktr biaya. Apalagi melihat profil orang tua yang kebanyakan adalah petani. Mereka tentu tidak sanggup menanggung biaya pendidikan yang demikian maha.

"Masyarakat di sini kan banyak yang kurang mampu. Pekerjaannya petani, buruh. Ya pengennya sekolah itu kan gratis," tandasnya.

BACA JUGA:Dua Desa di Majalengka Geger Atas Penemuan Buku Kuno Beraksara Kawi

Kategori :