CIREBON, RADACIREBON.COM - Eksplorasi harta karun di laut Cirebon sudah dilakukan sejak tahun 2004 dan berakhir di tahun 2005 oleh profesional di bidang ekspedisi ini yakni, Luc Heymans.
Surveyor bawah laut tersebut mengerahkan kapal canggih juga penyelam berpengalaman yang naik turun ke bawah laut hingga 22 ribu kali.
Walhasil untuk membayar jerih payah tersebut, harta karun dari bawah laut perairan Cirebon tersebut dibagi 2.
Sebagian dari harta karun tersebut kemudian dilelang di Singapura pada tahun 2010. Adapun nominal Rp 720 miliar tersebut adalah nilai dari harta harun yang berhasil diangkat pada tahun 2004-2005.
BACA JUGA:Pemkot Cirebon Bakal Pertemukan Warga GSP dengan Kontraktor dan IAIN
Pemburu harta karun, Luc Heymans pun dibuat terbelalak dengan temuan tersebut, dan menyebutnya sebagai penemuan terbesar di Asia.
Hal ini diduga berkaitan wilayah perairan Cirebon yang pada masa lalu menjadi perlintasan maritim. Sehingga banyak kapal pedagang, saudagar higga kerajaan yang melintas.
Sedangkan temuan yang didapat diduga berasal dari kapal dari tahun 900-an Masehi yang karam di perairan tersebut, karena kelebihan muatan.
Sebab, dari penyelaman yang dilakukan tidak ditemukan bekas tabrakan ataupun tanda-tanda kecelakaan kapal.
BACA JUGA:Jangan Khawatir, Sudah Ada Angkutan Umum ke Bandara Kertajati Majalengka, Bisa ke 15 Daerah
Pada pengangkatan yang dilakukan di tahun 2004-2005, sebanyak 11.000 mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, dan 2.200 batu akik merah ditemukan.
Bahkan, tidak kalah menggegerkan dunia seperti saat ditemukannya harta karun di kapal Galeon Spanyol Atocha.
Kapal Spanyol tersebut tenggelam di perairan Florida, Amerika Serikat pada tahun 1622, beserta barang bawaannya yang sangat bernilai.
Kendati demikian, perlindungan terhadap harta karun bawah laut di perairan Cirebon cukup mengkhawatirkan.
BACA JUGA:Kehadiran Bandara Kertajati, Daddy Rohanady: Kontribusi Jabar Membangun NKRI