Sekitar pukul 1 pagi baru masuk ke rumah. Esok paginya, beliau sakit.
Jujur saya kesal, padahal hari kedua lebaran itu banyak tempat yang mau dikunjungi. Alhasil kami tidak kemana-mana hari itu.
"Jantungku berdebar-debar", kata bolang ke ibu mertua sekitar pukul 9 pagi. Tapi beliau tidak mau dibawa ke rumah sakit. Alasannya tidak ada dokter di RS pas lebaran. Padahal tentu saja di IGD selalu ada dokter. Ia sehari-harian di kamar.
BACA JUGA:Sempat Diparkir Kini Tampil Tangguh, Pelatih Kiper Persib Ungkap Rahasia
Ia masih sempat ke kamar mandi sendiri dan membercandai cucunya ketika kembali ke kamar. Beberapa kali diajak ke rumah sakit, tetap tak mau.
Sampai pada pukul 2 siang, kejadian itu terjadi bak petir di tengah bolong. Saya sedang tertidur saat itu ketika istri dan ibu mertua teriak-teriak.
Masih setengah sadar saya langsung loncat dan lari ke kamar bolang. Di sana beliau sudah tidak respon. Tarikan nafas di perut sudah tidak ada lagi.
Gemetar, saya langsung pompa jantungnya. Tak ada respon langsung saya teriak panggil tetangga keluar rumah. Sialnya tak ada mobil di komplek yang bisa ditumpangi. Semua orang berhari raya.
BACA JUGA:Sosok Raden Saleh, Pemain Legendaris Simbol Persib Bandung, Paling Dekat dengan Bobotoh
Tetangga yang tak kemana-mana berhamburan ke rumah. Saya kembali pompa jantungnya. Sampai bolang mengeluarkan nafas panjang sambil melenguh, seperti orang lega pikir saya waktu itu. Jujur saya sontak mengucap alhamdulillah karena lega beliau kembali bernafas.
Dan ternyata saya salah. Dua lenguhan kembali terdengar, lalu tak lagi terdengar suara apapun dari beliau, selamanya ….
Saya punya dugaan, tapi tak sampai hati saya mengucapkannya. Akhirnya, sampai juga mobil yang ditunggu-tunggu dan beliaupun kami bawa ke rumah sakit.
Dan di sana, tak ada yang bisa lagi menahan aliran air mata saya ketika dokter mengucapkan apa yang saya duga.
BACA JUGA:Tim Bulutangkis Indonesia Siap Berlaga di Asian Games 2023
Ribuan kilometer dari kampung halaman, di hari raya idul fitri yang kedua, kami telah kehilangan ayah dan mertua.
Masih jelas ketika saya melihat orang berlalu-lalang di jalan raya depan IGD dengan baju barunya, sedangkan saya harus menerima duka.