Gayus Ingin Jadi Warga Guyana

Rabu 19-01-2011,07:31 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Gayus Tambunan memang punya seribu akal bulus. Pecatan PNS Dirjen Pajak itu sudah merencanakan pelarian ke Guyana, sebuah negara di kawasan Amerika Latin. Dua buah paspor yang dipesan Gayus bahkan sudah siap digunakan. “Your order is confirmed (pesanan Anda sudah siap,” tulis John Grice Jerome, warga negara AS yang menjadi broker paspor Gayus pada Arie (tersangka) melalui email. Arie mendapatkan order untuk memesan paspor itu langsung dari Gayus. Dalam email itu, John menyertakan gambar paspor Guyana atas nama Yosep Morris yang fotonya mirip Gayus tanpa kacamata. Masa berlakunya 23 Juli 2007 hingga 22 Juli 2012. Milana, istri Gayus juga dibuatkan paspor atas nama Ann Morris, dengan tanggal pengeluaran 18 Juli 2007. Penyidik Cybercrime Bareskrim Polri yang terlibat dalam pengusutan kasus paspor Gayus berhasil membobol akun John dan menemukan dokumentasi email itu di folder sent (terkirim). “Ini hasil investigasi IT yang dilakukan Bareskrim,” kata Kepala bagian Penerangan Umum Bareskrim Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (18/01). Penyidik belum menemukan wujud fisik paspor itu. Data yang diperoleh dari email itu akan dikonfrontir saat pemeriksaan Gayus dan Arie. “Kita belum bisa memastikan apakah ini sudah diserahterimakan atau belum,” katanya. Gayus tergiur oleh sindikat internasional yang bisa menyediakan aneka paspor dari berbagai negara. Guyana merupakan salahsatu negara dengan sistem paspor yang belum terlalu canggih. “Kita menduga John Grice ini anggota sindikat internasional. Dia orang asing yang bisa mengusahakan paspor asing,” kata Boy. Gayus jeli memilih Guyana. Sebab, mayoritas negara bernama Republik Kooperatif Guyana itu memang berasal dari keturunan etnis Hindustan (43 persen) yang warna kulit dan wajahnya tak jauh dengan tipologi orang Indonesia. Guyana merupakan satu-satunya negara di kawasan Amerika Selatan yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.  Guyana berbatasan dengan Suriname di sebelah timur, Brasil di selatan, Venezuela di barat, dan Samudra Atlantik di utara. Negara ini memiliki luas 214 999 kilometer persegi dengan penduduk sebanyak 858.863 jiwa. Beribukota di Georgetown, Guyana menggunakan dolar Guyana (1 USD setara 190 dolar Guyana). Boy menjelaskan, penyidik akan segera berkoordinasi dengan Imigrasi untuk melakukan verifikasi apakah paspor itu pernah melintas di seluruh pintu masuk Indonesia. “Mereka yang punya datanya,” katanya. Polisi juga akan menghubungi kedutaan Guyana di Jakarta maupun kedutaan Indonesia untuk Guyana yang dirangkap oleh KBRI Suriname di Paramaribo. Indonesia juga punya konsulat jendral untuk urusan perdagangan yang beralamat di Waterloostreet, George Town, Guyana. “Kita juga akan berkonsultasi ke Departemen Luar Negeri,” katanya. Soal pengejaran John Grice, pimpinan sindikat paspor Gayus, Boy mengaku masih menunggu perkembangan di lapangan. “Kalau dari email ini (yang berhasil dilacak), servernya sudah bukan dari Indonesia,” katanya. Merespons instruksi presiden SBY agar kasus Gayus diusut tuntas sampai ke akar-akarnya, polisi sudah membentuk tim khusus yang langsung dipimpin Kabareskrim Komjen Ito Sumardi. Tim ini sekarang sudah mulai menyelidiki dugaan pidana korupsi dari klien-klien yang pernah ditangani Gayus. “Kapolri sudah mengeluarkan surat perintah untuk penuntasan kasus ini,” kata Kadivhumas Irjen Anton Bachrul Alam yang ditemui terpisah. Mantan Kapolda Jatim itu menyebut, selain ditangani secara khusus oleh Bareskrim, polisi juga membuka diri untuk bekerjasama dengan pihak lain. “Termasuk dengan KPK,” katanya. Secara terpisah, anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Yunus Husein menyebut Gayus juga punya pom bensin. “Yang saya dengar ada tiga SPBU,” kata Yunus saat menjadi pembicara Obrolan Cafangsat Senin (17/1) jelang tengah malam. Yunus tidak merinci dimana saja aset SPBU milik Gayus itu. “Itu kan sedang diverifikasi datanya,” kata Yunus yang juga ketua PPATK itu. Polisi juga belum tahu soal pom bensin milik Gayus. “Kalau itu benar, tentu akan masuk di ranah penyelidikan nanti,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Ketut Untung Yoga. Di bagian lain, Kejaksaan Agung berharap majelis hakim akan memberikan vonis sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut umum. “Mudah-mudahan hakim bisa memberikan keputusan yang terbaik dan syukur-syukur confirm (sesuai dengan tuntutan jaksa, red),” kata Jaksa Agung Basrief Arief di Kejagung, kemarin. Seperti diketahui, Gayus dituntut hukuman pidana penjara selama 20 tahun. Selain itu, mantan pegawai golongan III A Ditjen Pajak itu dituntut membayar dengan Rp500 juta subsider enam bulan kurungan. Tuntutan yang maksimal itu dibumbui dengan tidak adanya pertimbangan yang meringankan bagi Gayus. Jaksa berpendapat, Gayus bersalah melanggar empat pasal UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yakni melakukan penyalahgunaan wewenang saat melakukan penelitian terhadap berkas keberatan wajib pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT) dan memberikan sejumlah uang kepada penyelenggara negara, yakni penyidik Bareskrim Polri. Kemudian jaksa berpendapat Gayus terbukti melakukan upaya suap kepada hakim Muhtadi Asnun yang menangani perkaranya saat disidang di PN Tangerang dalam perkara penggelapan dan pencucian uang. Serta Gayus juga telah memberikan keterangan yang tidak benar berkaitan dengan harta kekayaannya dalam proses penyidikan berkaitan dengan dana sekitar Rp28 miliar yang tersimpan dalam rekeningnya. Di bagian lain, Kepala Rutan Kelas I Cipinang Edi Kurniadi mengatakan, menjelang vonis, Gayus terlihat lebih khusuk dan rajin beribadah. “Shalatnya lebih rajin,” kata Edi kepada Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) kemarin (18/1). Selain itu berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari beberapa petugas rutan dan penghuni rutan lainnya, beberapa waktu belakangan ini Gayus terlihat lebih rajin membaca. Terutama membaca buku-buku tentang hukum. Kata Edi, sel tempat Gayus mendekam yakni di sel 14 lantai 3 Blok Tipikor itu dipenuhi dengan buku-buku. Apa dia akan mempersiapkan melakukan pembelaan lagi setelah menjalani sidang vonis” “Kalau itu saya kurang tahu. Sepertinya tidak. Dia mengaku hanya ingin belajar-belajar lagi,” imbuhnya. Dia menambahkan, tidak ada kegiatan khusus yang dibuat Gayus bersama tim kuasa hukumnya menjelang vonis hari ini. Edi mengatakan, terakhir kali tim kuasa hukumnya menjenguk Gayus Senin (17/1) lalu. “Hari ini (kemarin) tidak ada (kuasa hukum) yang ke sini,” kata dia. (rdl/fal/kuh)

Tags :
Kategori :

Terkait