Diceritakan bahwa, pada mulanya masjid ini adalah surau kecil tempat berdakwah. Tempat seorang ulama menyiarkan agama Islam.
Dua tokoh yang kemudian dikenal sebagai pendiri Masjid Al Karomah adalah Syekh Maujud dan Syekh Pasiraga.
BACA JUGA:Aman! Persediaan Beras di Bulog Kantor Cabang Cirebon Capai 11.500 Ton
BACA JUGA:Tahapan Pilkada 2024 Sudah Dimulai Meski Proses Pemilu dan Pilpres Sedang Berlangsung
Cerita terkait keduanya ada beberapa versi. Hubungan antara Syekh Maujud dan Syekh Pasiraga pun masih simpang siur.
Namun, versi cerita yang paling terkenal menyebutkan, bahwa Syekh Pasiraga merupakan guru dari Syekh Maujud.
Tidak hanya itu, Syekh Pasiraga juga disebut-sebut sebagai cucu Sunan Gunung Jati.
Fanani mengungkapkan filosofi sederhana yang diajarkan kedua tokoh tersebut. Ajaran yang berisi 3 pesan hidup itu masih diyakini sampai sekarang.
BACA JUGA:Selama Januari 2024, Satresnarkoba Polresta Cirebon Ungkap 14 Kasus Narkoba
Pesan berbahasa Cirebon itu adalah: Ana banyu ana iwak, ana endut ana welut, ana sega ana intip
Artinya: Ada air ada ikan, ada lumpur ada belut, ada nasi ada intip.
“Sampai sekarang dalam memaknai filosofi itu berbeda beda. Tapi intinya kita harus sederhana dan istiqomah," ungkap Fanani.
Lebih lanjut Fanani mengatakan, wilayah Desa Depok sendiri kemungkinan merupakan tempat pertempuran pasukan Kesultanan Cirebon dan Rajagaluh.
BACA JUGA:Perbandingan Harga BBM Terbaru di Sumatera, Jawa dan Bali Per 1 Februari 2024
Menurut dia, Sungai Jamblang yang melintasi kawasan ini merupakan batas wilayah dari Kesultanan Cirebon dan Rajagaluh.
Salah satu bukti sejarah yang memungkinkan Depok sebagai tempat peperangan antara Cirebon dan Rajagaluh, menurut Fanani, adalah kompleks makam di desa tersebut.